Mohon tunggu...
jamal passalowongi
jamal passalowongi Mohon Tunggu... Guru - Seharusnya bergerak seirama alam

Guru SMAN 6 Barru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Massurek, Tradisi yang Nyaris Punah

28 Mei 2020   08:59 Diperbarui: 28 Mei 2020   13:05 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya lisan merupakan budaya paling tua sebelum tulisan ditemukan. Budaya lisan diturunkan secara turun temurun dalam bentuk sastra lisan dan tersebar di seantero Nusantara. Di daerah Bugis, sastra lisan sudah dikenal sejak zaman pra sejarah orang Bugis. Sastra lisan atau di sebut Sastra paseng oleh Alwy Rahman ini menyebar dari satu generasi ke generasi berikutnya. Salah satu sastra lisan dalam bentuk folklor pada msyarakat Bugis yang kini sudah ditulis adalah kisah I Lagaligo oleh Ratna Kencan Colliq Pujie Arung Pancana Toa.

Bentuk penyampaian sastra lisan pun berbeda di setiap kebudayaan. Pada masyarakat Bugis bentuk penyampaian sastra lisan dilakukan dengan istilah Massurek. Massurek merupakan Teknik membaca surek (surat-surat) sastra lisan yang telah dituliskan di atas daun lontar atau kertas lainnya. 

Dulu massurek ini tidak dilaksanakan secara serampangan tetapi hanya dilakukan pada acara atau kegiatan dengan sakralitas tinggi. Kesakralan massurek tidak terlepas dari sang passurek (pembaca surek), para passurek sebelum massurek telah mempersiapkan diri dengan segala ritual khusus sehingga aroma kesakralnnya menjadi lebih khidmat.

Tradisi massurek kini semakin hari semakin hilang di tengah masyarakat Bugis. Hal ini dikarenakan para passurek kehilangan generasi pelanjut. Menjadi passurek bukan sebuah profesi yang menjanjikan, mereka hanya terpakai dalam karnaval budaya atau seremonial budaya lainnya. Padahal dulu menjadi passurek adalah sebuah kehormatan dan mengangkat status sosial keluarga, disamping itu menjadi profesi yang dicari.

Zaman berubah, para passurek yang kini tinggal hitungan jari, sebagian besar sudah renta dipastikan tidak akan bertahan di masa mendatang. Oleh karena itu, bila eksistesi passurek ingin dipertahankan sebagai ragam budaya Bugis maka harus ada Langkah-langkah pemertahanan tradisi massurek yang di dalamnya terdapat para passurek.

Ada beberapa jalan yang dapat ditempuh untuk mengangkat kembali tradisi massurek ini. Misalnya pemerintah mengangkat passurek dalam social expectations atau memiliki harapan sosial yang memadai sehingga passurek menjadi sebuah profesi. Hal yang lain adalah melakukan modernisasi massurek, seperti penambahan intrumen, pengubahan lirik tanpa mengurangi kesakralan pembacaaanya. Wallau alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun