Semburat jingga menghiasi langit sisi timur Jogja pagi itu, saya melaju dengan sepeda motor kecepatan sedang karena dingin yang masih menyelimuti jalanan menuju Lanud Adisucipto.
Matahari baru muncul ketika saya memasuki palang pos keamanan Lanud, sembari menyerahkan kartu identitas di pos pengamanan dengan sedikit interogasi karena tas yang saya bawa cukup besar. Senyum ramah petugas keamanan melepas saya untuk menuju hanggar FASI (Federasi Aero Sport Indonesia).
Beberapa anggota FASI sudah sibuk membuka gerbang utama hanggar, dan tentu saja mendorong keluar beberapa pesawat kecil yang akan mereka gunakan untuk terbang hari itu untuk latihan rutin dan joy flight tentunya.
Sudah menjadi kebiasaan di sana bahwa tamu yang datang dipersilakan membuat kopi sendiri, tentu sambutan yang asyik menurutku. Secangkir kopi tinggal separo ketika kami hanyut dalam obrolan tentang segala hal keseruan terbang dengan pesawat kecil.
Tak lama, datang seorang bapak dengan jaket berwarna jingga yang menyalami kami satu persatu karena sudah lebih dulu hadir di situ. Perkenalan singkat dan selanjutnya kami memanggilnya "J-Fox28". Demikian mereka tiap pilot mempunyai kode khusus dan kita wajib memanggilnya dengan nama kode tersebut.
Dan beliau J-Fox28 adalah pilot yang akan mengajakku melintasi sebagian daerah di Jogja dengan pesawat trike-nya. Trike adalah jenis pesawat kecil dengan dua penumpang depan belakang. Pesawat ini bukan fixed wing, yang berarti sayapnya tidak menempel di badan pesawat, namun bisa dikendalikan dengan tangan secara manual.
Jarum jam menunjukkan angka 8, bersamaan ajakan J-Fox28 untuk segera terbang. "Ayo Mas Jalu, kita mabur mumpung isih esuk" ucapnya dengan bahasa Jawa berlogat Jakarta karena memang beliau tinggal di Jakarta, namun selalu menyempatkan ke Jogja di akhir pesan untuk sekadar terbang melintas di atas kota Jogja.
Segera saya menaiki pesawat trike berwarna merah itu, sembari Mr. J-Fox28 mengarahkan cara duduk, mengenakan sabuk pengaman, helm dan microphone yang terhubung dengan beliau.
Tentu saja beberapa tips beliau sampaikan agar terbang nyaman dan tidak mabok udara. Terang saja hal ini penting, karena pesawat ini tidak memiliki penutup body, sehingga badan kita bersinggungan secara langsung oleh angin. Terbayang kan betapa serunya.
Setelah mendapat konfirmasi terbang, kami pun segera menuju lintasan yaitu di lapangan rerumputan di samping landasan pacu. Memang di situlah trike ini akan lepas landas, tidak menggunakan lajur landasan pacu pesawat pada umumnya. Getaran dan goncangan saat hendak lepas landas sangat terasa, sungguh berbeda dengan kondisi jika kita naik pesawat komersil yang lepas landas secara halus.
Dalam sekejap kami telah mengudara dan saya sangat menikmati penerbangan ini. Entah kenapa, saya tidak pernah punya sedikit pun rasa takut ataupun khawatir seperti yang dirasakan beberapa teman yang pernah mengikuti joy flight dengan trike. Menurut saya ini sangat asyik dan menyenangkan.