Mohon tunggu...
Jalu norva
Jalu norva Mohon Tunggu... -

Sasindo 2010

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keelokan Keris Ki Jangkung

1 Januari 2014   23:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:15 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1388594467320804929
1388594467320804929
1388594550326281313
1388594550326281313

Kelestarian budaya di Indonesia kini telah banyak di tinggalkan khususnya bagi para remaja sekarang ini. Banyak dari mereka beranggapan bahwa kebudayaan yang kita miliki sekarang ini telah ketinggalan jaman, kuno bahkan primitif. Remaja sekarang lebih senang berkiblat pada kebudayaan barat yang menurut mereka lebih bisa bebas dalam mengekspresikan diri masing-masing. Seolah tidak ada pembatas untuk mereka melakukan apapun yang mereka inginkan. Tak heran memang jika banyak kebudayan Indonesia yang di klaim oleh negara lain. Jika sudah seperti ini, kita baru menyadari betapa kita tidak dapat menjaga aset yang seharusnya kita banggakan yang mencerminkan kebudayan dan pribadi bangsa ini, bukannya malah membiarkan terbengkalai dan menjadi rebutan oleh bangsa lain. Ironis sekali jika hal seperti itu terus saja terjadi. Kita patut bersyukur karena bangsa ini memiliki banyak sekali budaya yang seharusnya mampu kita kembangkan dengan baik, salah satunya adalah keris.dalam KBBI, keris didefinisikan sebagai senjata tajam bersarung, berujung tajam, dan bermata dua dengan bilah ada yang lurus dan ada yang berkeluk-keluk.

Keris memiliki dua sisi sudut pandang, sebagai benda bertuah dan sebagai benda sehari-hari atau biasa. Pembicaraan ini melihat dalam sisi kebudayaan yang dimiliki keris tersebut, keris yang akan dilihat adalah Ki Jangkung keris yang dimiliki lelaki paruh baya (yang tidak ingin disebutkan namanya) yang tinggal di daerah Sukoharjo

Pada wawancara yang telah di lakukan oleh penulis, pemilik mengungkapkan bahwa keris ini dibuat pada masa kraton Surakarta dan Yogyakarta masih berdiri oleh seorang Mpu yang bernama Supo . Menurut pengungkapan dari pemilik keris tersebut, beliau mendapatkan keris tersebut melalui tahap meditasi. Meditasi tersebut dilakukan oleh beliau di pekarangan rumahnya, secara tiba-tiba keris tersebut muncul dengan pancaran sinar yang menyerupai api dan turun ke pangkuannya dengan wujud sebuah keris yang wuda yang berarti tidak berpegangan hanya berupa bilah besinya. Keris tersebut lalu melalui tahap bubuh, yaitu tahap dimana keris tersebut memberikan gambaran kepada penerima tentang asal-usulnya beserta nama yaitu “Ki Jangkung”. Dalam tahap tersebut pemilik keris menceritakan bahwa dari keris tersebut muncul sososk manusia yang menceritakan asal-usulnya tersebut.

Menurut pengakuan dari pemilik keris tersebut beliau telah memiliki keris tersebut selama 33 tahun. Selain hal tersebut penulis juga menanyakan tentang perawatan apa yang telah diberikan kepada keris tersebut, menurut pengakuan pemilik dalam perawatannya keris tersebut harus dibersihkan setiap tahunnya, pemilik menyebut tehep tersebut tahap diwarangi. Keris tersebut juga tidak boleh terkena air serta harus selalu dalam kondisi yang bersih dan terhindar dari udara yang lembab.

Menurut pengakuan pemilik, keris ini memiliki kegunaan tersendiri yaitu :

·Keris ini dapat menjaga kewibawaan seseorang yang memilikinya.

·Akan menjaga keselamatan dari pemiliknya.

Selain keris “Ki Jangkung”, beliau juga memiliki koleksi lainnya, antara lain sebuah tombak, keris yang memiliki lubang di tengahnya dimana melalui lubang ini di percaya dapat melihat kondisi rumah serta anggota keluarga dari pemilik dari mana pun. Selain itu beliau memiliki keris kecil kembar, serta masih banyal lagi

Keunikan dari keris “Ki Jangkung”

Dalam observasi langsung yang dilakukan oleh penulis didapati beberapa keunikan atau keistimewaan dari keris ini. Salah satunya keistimewaan keris ini adalah keris ini dapat berdiri tegak dengan ujungnya. Hal tersebut telah dibuktikan oleh penulis pada saat wawancara, pemilik dapat menegakkan keris tersebut pada sebuah meja kaca. Selain hal tersebut menurut cerita beliau, pada saat prosesi siraman sebelum akad nikah beliau dan isterinya, terjadi kejadian yang tak disangka yaitu istrinya tersengat kalajengking yang bersembunyi dalam kendi air yang dipaki untuk prosesi siraman. Dengan keris tersebut beliau mendekatkan bagian tubuh istrinya yang telah disengat oleh kalajengking itu, tak berapa lama keluarlah upas atau racun dari kalajengking tersebut. Hal ini juga dibenarkan oleh sang istri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun