Mohon tunggu...
Jalu Kaba
Jalu Kaba Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Blogger, web develover, dan web designer. Penulis di blog Jalukaba.faith dan Mr-spiritualist.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bisakah Kita Damai?

8 Maret 2019   17:59 Diperbarui: 8 Maret 2019   18:04 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada dasarnya semua manusia itu ingin berbuat baik, ingin menjadi orang yang baik, ingin menjadi lebih baik. Memang secara sekilas menjadi orang baik itu mudah, akan tetapi pada kenyataannya tidak semudah itu. Manusia beragama atau meyakini suatu ajaran  atau keyakinan adalah untuk menemukan jalan agar keinginan berbuat baik mereka diarahkan oleh ajaran agama atau keyakinan yang mereka yakini itu menuju kebaikan yang benar-benar baik dan kebaikan yang benar-benar benar. 

Manusia beragama atau yang meyakini sebuah keyakinan sangat ingin sekali dan selalu berniat bahwa perbuatan mereka itu adalah semata-mata karena Tuhan dan demi Tuhan, sebagai persembahan kepada Tuhan, sebagai wujud ibadah kepada Tuhan, sebagai ejawantah dari sebenar-bemarnya pengabdian terhadap Tuhan, sebagai pengorbanan kepada Tuhan, dan lain-lain. 

Ada kelompok manusia yang mereka sangat yakin bahwa mereka sedang melakukan kebaikan, akan tetapi secara tidak sadar mereka sebenarnya sedang berbuat kerusakkan. 

Pada zaman ini ketika banyak pertentangan yang pertentangan itu mengarahkan manusia untuk saling membenci, mencela, menghina dan lain-lain, kemudian condong kepada mengarahkan manusia untuk saling membunuh dan memerangi. 

Dalam ajaran tiap agama dan keyakinan banyak sekali ada perbedaan dalam menafsirkan ayat-ayat yang ada dalam kitab suci, sehingga berakibat melahirkan banyak sekte, madzhab, manhaj, dan lain-lain. Masing-masing penganut sekte, madzhab, manhaj, dkk tentunya meyakini bahwa tafsiran kelompok merekalah yang baik dan benar, itu tidak menjadi masalah karena manusia tidak mungkin meyakini sesuatu yang mereka anggap salah. 

Akan tetapi menjadi masalah sangat besar ketika ada kelompok manusia yang memaksakan pemahaman atau tafsiran kebenaran versi kelompok mereka kepada kelompok manusia lain, sehingga akibat dari pemaksaan ini tentunya adalah terjadinya bentrokan, yang jika terjadi pada taraf debat dan diskusi tidaklah apa-apa, dan kadang baik untuk saling memahami dan memaklumi, akan tetapi sangat berbahaya jika pemaksaan ini sudah pada level mengkafirkan kelompok lain yang berbeda pemahaman, berbeda pentafsiran dengan kelompoknya. Sehingga akibat dari pengkafiran ini ada kelompok yang tidak segan memenggal para pria dari kelompok lain, menjadikan budak wanita dari kelompok lain, dan kemudian merampas harta kekayaannya, yang mereka yakini sebagai keuntungan rampasan perang. 

Pada saat mereka melakukan pemenggalan, perbudakan dan penjarahan, kelompok ini sangat meyakini bahwa mereka sedang melakukan kebaikan, kebenaran dan perjuangan demi dan atas nama Tuhan. Ketika ada yang mengingatkan bahwa apa yang sedang mereka perbuat itu adalah tidak tepat dan mengakibatkan kerusakan, mereka menyangkal, dan mereka meyakinkan kepada yang mengingatkan itu bahwa mereka sedang melakukan perbaikan, mereka tidak merasa dan tidak sadar bahwa sebenarnya mereka itu sedang berbuat kerusakan. 

Ada kelompok manusia yang menyangka sedang melaksanakan perintah Tuhan atau dalam rangka mengejawantahkan penyembahan terhadap Tuhan, padahal sebenarnya apa yang mereka perbuat itu sia-sia, karena apa yang sedang mereka ajarkan, doktrinkan kemudian laksanakan itu adalah sebenarnya  bukan ajaran Tuhan akan tetapi itu adalah ajaran-ajaran atau doktrin-doktrin dari manusia itu sendiri. 

Memang kebenaran itu ada, akan tetapi itu dulu ketika para manusia suci masih ada ditengah-tengah manusia biasa, yang jika ada salah tafsir maka bisa langsung ditanyakan dan dikoreksi oleh sang manusia suci. Untuk masa kini ketika para manusia suci penerima wahyu Tuhan sudah tidak berada ditengah-tengah kita maka kebenaran itu menjadi relatif, karena kebenaran menurut suatu kelompok belum tentu kebenaran bagi kelompok yang lain. 

Perbedaan penafsiran dalam memahami kitab suci tidak akan bisa dihilangkan atau dikurangi, bahkan mungkin akan makin bertambah, untuk menyikapi ini kita sebagai manusia yang tentunya tidak ingin menjadikan peperangan menjadi satu-satunya jalan keluar, dan juga pasti tidak ingin kerusakan terjadi di bumi ini, pada tiap hal mulailah untuk membiasakan diri bertanya pada ahlinya dan berdiskusi dengan ahlinya, yang jika salah atau kurang tepat menurut kaidah-kaidah ilmu yang sedang dipelajari, maka akan diluruskan. 

Bertanyalah tentang Al-qur'an kepada ahlinya, jika ingin tahu tafsir Al-qur'an dari segi ilmu nahwu maka bertanyalah pada ahli ilmu nahwu, jika ingin tahu tafsir Al-qur'an dari sisi sejarah atau sirah riwayah maka bertanyalah kepada ahli sejarah atau sirah riwayah. Jika ingin tahu pemahaman ahlu sunnah tanyalah ahli dari ahlu sunnah. Jingin tahu tengang syi'ah maka tanyalah ahli dari syi'ah. Jika ingin tahu tentang kristen, budha, hindu, kong hu cu, dll maka tanyalah kepada ahlinya dari pihak-pihak tersebut, jangan bertanya sesuatu kepada yang bukan ahlinya, karena hasilnya akan jauh dari tepat menurut kaidah-kaidah keilmuan. 

Pengetahuan atau ilmu itu merdeka dan aset berharga bagi manusia dan kemanusiaan, kepentingan pribadi atau kelompok memang pasti ada dan tidak akan bisa hilang, akan tetapi jika diiringi dengan menghargai dan memaklumi kepentingan pribadi dan kelompok orang lain sebagaimana kepentingan dirinya dan kelompoknya ingin dihargai dan dimaklumi, maka petikaian yang mengakibatkan perpecahan hingga peperangan itu tidaklah perlu ada. 

Jika sama-sama punya tujuan baik kenapa tidak bersama-sama mewujudkan tujuan baik tersebut. Dan jika sama-sama tidak menyukai kerusakan maka mari bersama-sama mencegah kerusakan itu terjadi. 

Salam Damai...



Fhoto dari Pixabay.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun