Mohon tunggu...
Kelompok julianto
Kelompok julianto Mohon Tunggu... -

pemuda pencari kebijakan diri dan humanisme

Selanjutnya

Tutup

Nature

Telecommuting menjadi solusi kemacetan

14 Oktober 2012   08:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:51 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Telecommuting Menjadi Solusi Kemacetan

Kemacetan menjadi persoalan yang kritis di kota-kota besar, terutama di Jakarta. Oto.detik.com pada 19 juni 2012 melaporkan data dari Ditlantas Polda Metro Jaya bahwa dalam sehari ada 11.342. 396 unit kendaraan yang setiap kendaraan membutuhkan bahan bakar sebesar 3 liter per hari. Semua itu dapat dikonfersikan bahwa setiap hari penduduk Jakarta ‘membakar uang’ sebesar Rp 153.392.346.000. Jika dikonfesikan ke dalam ukuran waktu maka warga Jakarta hidup di jalan selama 1 bulan per tahun sama dengan waktu efektif kerja selama 3 bulan. Untuk melihat kondisi gambaran kemacetan di Jakarta silahkan klik di :  http://www.youtube.com/watch?v=XRrgHFmIUpg. Memang perlu disadari bahwa kemacetan itu tidak hanya disumbang oleh orang yang berangkat kerja tetapi oleh banyak aktifiitas yang lain seperti pergi ke sekolah dan aktifitas yang lain. Namun tetap bahwa upaya penyelesian satu aktifitas berkait dengan dunia kerja dapat mengurangi kemacetan yang ada.

Kemacetan disamping menimbulkan kerugian ekonomis, juga menimbulkan stress. Kreitner dan Kinickimendefinisikan stres sebagai respon adiktif yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan ekternal. Stress serta depresi gara-gara terjebak macet di jalan, menurut banyak penelitian, bias berakibat fatal pada tubuh kita. Salah satu organ penting yang sangat mungkin terimbas adalah otak. ( http://www.tnol.co.id/bugar/13855-stress-gara-gara-macet-awas-otak-anda.html ). Sondang Siagian menyatakan bahwa stres merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak bisa di atasi dengan baik biasanya berakibat pada ketidakmampuan orang berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik dalam lingkungan pekerjaan maupun lingkungan luarnya. Artinya, karyawan yang bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala negatif yang pada gilirannya berpengaruh pada prestasi kerja.

Melihat semua itu, harus ada pemikiran radikal dalam pola kerja di Jakarta. Pola kerja yang sekarang ini adalah ‘time base’ yang menuntut orang untuk datang ke kantor dalam rentang waktu tertentu dan berkumpul ditempat kerja. Hal ini membuat semua orang berangkat kerja dan pulang kerja dalam waktu yang  bersamaan dan pasti menimbulkan kemacetan. Pola kerja yang baru adalah ‘taks base’, pekerjaan tidak dihitung berdasar jam kerja tetapi berdasar penyelesian tugas dengan target waktu tertentu dan karyawan tidak harus berkumpul disatu tempat tetapi dapat mengerjakan pekerjaan itu dimanapun. Sebagai gambaran apa itu telecommuting silahkan klik di    http://www.youtube.com/watch?v=CSXt6GIIBt0 .

Tugas Mata Kuliah Sistem Manajemen Informasi

Grup Transformasi

·Julianto

·Sundoyo

·Wilis Herdiati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun