Mohon tunggu...
Firman Hadi
Firman Hadi Mohon Tunggu... -

Lahir di Bogor tiga puluh empat tahun yang lalu. Hijrah dan menetap hingga kini di Kota Kembang. Hobi? Sepakbola pastinya. Saat ini menekuni pekerjaan yang entah dimana keterkaitannya, yaitu sumber daya alam, penginderaan jauh, sistem informasi geografis dan open source.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tak Ada Sopan Santun

14 Mei 2010   06:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:13 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kring...kring...kring.., suara telepon berdering. Saya pun mengangkatnya dan mengucapkan,"Halo". Berbeda dengan kebanyakan teman muslim yang mengucapkan Assalamu'alaikum, saya lebih memilih untuk mengucapkan halo karena saya tidak tahu apakah lawan bicara saya itu muslim atau bukan.

Terdengar balasan, "Halo. Halo dengan Meta Farma?"

"Nampaknya salah sambung Bu", jawab saya.

"Halo, dengan Meta Farma?", tanyanya sekali lagi, mungkin jawaban saya tidak terdengar.

"Salah sambung Bu", jawab saya sekali lagi.

Klik. Tut..tu..tut, sambungan telepon diputuskan.

"Sialan, gak tahu adat apa bagaimana si Ibu ini. Tanpa ba-bi-bu langsung ditutup saja teleponnya.", umpat saya.

Saya tidak habis pikir, apa memang sopan santun itu sudah tidak dikenal lagi ya di Indonesia. Oke, mungkin memang suara saya tidak terdengar. Bisa jadi si Ibu memang menganggap tidak ada orang yang mengangkat. Tapi kejadian semacam ini sering terjadi, sudah tahu salah sambung, tetapi tetap saja lawan bicara kita itu ngotot. Yang ujung-ujungnya pembicaraan disudahi tanpa ada sedikitpun permohonan maaf.

Saya tidak ingin dihormati, semua orang pun begitu. Hanya saja, ada adat istiadat, sopan santun atau tata krama yang diajarkan oleh orang tua kita, kakek buyut kita, bahwa terhadap orang lain itu harus baik. Apa salahnya sih, mengucapkan maaf dan sedikit berbasa-basi walaupun kita salah-sambung itu bukan kesalahan kita.

Apa mereka itu menganggap bahwa sopan santun terhadap orang yang tidak dikenal itu tidak perlu? Atau memang ini sudah menjadi budaya baru bangsa kita? Sama seperti tidak santunnya kita di jalan raya. Menyusul kendaraan lewat kiri, sambil klakson pula. Apakah kita tidak merasa bahwa itu mengganggu orang lain? Tidak sopan terhadap orang lain?

Kalau memang kita menganggap hal itu sudah biasa, ya wajar saja kalau ada orang lain yang jabatannya lebih tinggi dari kita, berbuat sewenang-wenang. Jadi seharusnya, tidak perlu itu ada demonstrasi untuk menurunkan pejabat atau petinggi yang berbuat sewenang-wenang. Lah kita sendiri berbuat sewenang-wenang terhadap orang lain. Di Indonesia mah semua sudah jadi lingkaran setan. Saya sendiri sudah tidak peduli dengan apa yang terjadi di Indonesia. Kasus Century lah, Anggodo, Susno dan berita lainnya. Membaca, menonton apalagi ngerumpi hal macam itu sama saja bohong. Buang-buang enersi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun