Mohon tunggu...
Abdul Jalil
Abdul Jalil Mohon Tunggu... Jurnalis - suka tantangan dan hiburan

hidup itu saling melengkapi,,,semuanya,tanpa terkecuali.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Perempuan Perkasa di Indonesia Bukan Sekadar Cerita

5 Januari 2020   23:16 Diperbarui: 5 Januari 2020   23:20 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Perempuan-Perempuan Perkasa (Abdul Jalil)

Sejarawan Inggris Peter Carey dan temannya Vincent Houben melalui bukunya Perempuan-Perempuan Perkasa di Jawa Abad XVIII-XIX seolah ingin mengingatkan bahwa bangsa Indonesia memiliki nenek moyang perempuan perkasa. Sebelum kelahiran R.A. Kartini, yang banyak dikenal masyarakat sebagai tokoh emansipasi dan setiap 21 April selalu diperingati secara nasional.

Kisah-kisah perempuan tangguh dan perkasa di tanah Jawa pada abad ke-18 dan ke-19 kala itu seperti lenyap dimakan waktu. Namun, kisah perempuan-perempuan perkasa itu lenyap diingatan masyarakat dan yang tumbuh justru ungkapan bahwa orang Jawa sebagai bangsa yang paling lembut di dunia (de Javaan als het zachste volk ter aard). Sedangkan perempuan-perempuan Jawa, khususnya dari kalangan elite dibingkai sebagai perempuan kalem dan lembut melalui karya sastra dan sandiwara karya pengarang kolonial Belanda.

Dalam beberapa karya sastra karangan sastrawan Belanda seperti Louis Couperus dalam roman De Srille Kracht (Kekuatan Gaib) dan karya J.B. Ruzius melalui karyanya berjudul Heilig Indie (Hindia Suci) menggambarkan sosok Raden Ayu sebagai boneka yang tersenyum simpul dan meniadakan diri sendiri. Ini yang menjadi gambaran perempuan Jawa yang elok namun kepalanya kosong (hlm. 2).

Buku yang dibagi dalam 10 bagian ini, Peter Carey  dan  Vincent Houben menjelaskan ada sederet nama-nama perempuan di lingkungan elite yaitu di keraton Jawa serta perempuan dalam pewayangan. Ada Dewi Drupadi, istri Prabu Yudistira, yang menjadi salah satu ikon perempuan perkasa di dunia pewayangan, dalam kisahnya Drupadi bersumpah tidak akan mengonde rambutnya sebelum mandi darah Raden Dursosono. Ada juga Rarasati atau Dewi Woro Srikandi, istri Arjuna, yang piawai berperang dan menjadi salah satu panglima terkemuka Pandawa (hlm. 7). Dan nama-nama lain seperti Dewi Woro Sumbadra, Dewi Padi, dan Dewi Sri, yang ditampilkan sebagai perempuan sakti. Tidak ada kesan bahwa perempuan itu lemah dan berkepala kosong seperti kisah-kisah yang ditulis zaman kolonial.

Dalam sejarah Jawa pra-kolonial, ada perempuan yang berperan sebagai pengabsah wangsa dan wadah kesaktian. Ken Dedes, istri Ken Arok, dan Dewi Mundingsari, anak perempuan kedua Raja Sigaluh dari Pajajaran. Kedua perempuan ini disebut sebagai ardhanariswari atau perempuan terpilih di antara kaum hawa.

Keraton-keraton Jawa tengah selatan pada abad ke-18 dan ke-19 sangat erat dengan budaya mistik. Saat itu raja-raja Jawa juga menjalin hubungan dengan dewi-dewi perkasa seperti Batari Durga dan Ratu Kidul. Kala itu, posisi Ratu Kidul sangat penting bagi keberlangsungan keraton Jawa. Raja-raja di Jawa tengah selatan memiliki pertalian kekerabatan dengan penguasa di Jawa Berat juga melalui snag Ratu Kidul. Dalam Babad Tanah Jawi dikisahkan Ratu Kidul merupakan pelindung kerajaan Mataram dan istri gaib para raja.     

Peter Carey dalam bukunya, Takdir ; Riwayat Pangeran Diponegoro(1785-1855), saat menginjak dewasa, Pangeran Diponegoro dikisahkan juga melakukan pengembaraan spiritual ke Pantai Selatan. Selain mengunjungi masjid-masjid dan pesantren-pesantren di Yogya, Pangeran Diponegoro juga menemui Ratu Kidul. Namun, tawaran bantuan dari Sang Ratu untuk melawan Belanda ditolaknya karena soal keimanan.

Di Keraton Yogyakarta pada abad ke-18 mulai muncul Korps Srikandi atau prajurit estri yang terdiri dari perempuan-perempuan tangguh. Salah satu komandan pasukan ini adalah Ratu Ageng, ibu tiri Pangeran Diponegoro di Tegalrejo atau permaisuri sultan pertama. Perempuan-perempuan dalam korps ini ahli dalam berperang dan memainkan senjata, sehingga membuat heran pejabat senior VOC (hlm. 21). Bahkan Gubernur Jenderal Marsekal Herman Willem Daendels kagum atas kemampuan pasukan Srikandi yang sanggup menunggang kuda sambil menggunakan bedil begitu hebat.

Seorang Residen Yogya, Frans Gerhardus Valck, menyebut ada dua perempuan di lingkungan Keraton Yogya yang mampu bertindak sangat kejam yaitu Raden Ayu Yudokusumo yang merupakan putri Sultan Pertama dan  Raden Ayu Serang, mantan istri Sultan Kedua.  Raden Ayu Yudokusumo menolak keras saat diminta tentara Inggris untuk meninggalkan rumahnya di Muneng, daerah di antara Ngawi dan Caruban. Perempuan itu juga menjadi salah satu panglima kavaleri senior Diponegoro di mancanegara.

Pangeran Diponegoro menyebut Raden Ayu Serang sebagai pribadi yang dianugerahi kesaktian atau tenaga batin. Pada saat Perang Jawa, Raden Ayu Serang mengangkat senjata dan memimpin 500 pasukan di kawasan Serang-Demak melawan Belanda. Karena sikapnya yang anti-Belanda, dia menjadi salah satu perempuan yang diawasi secara ketat oleh penguasa kala itu.

Selain banyak yang dikenal sebagai ahli perang, perempuan-perempuan Jawa juga dikenal sebagai pengusaha ulung. Perempuan dianggap lebih bisa mengelola keuangan daripada laki-laki. Salah satu perempuan itu adalah Ratu Kencono Wulan, permaisuri ketiga Sultan kedua. Karena keuletannya dalam mengelola keuangan hingga meminta keuntungan dari setiap proyek membuat tempat harta karun di keraton penuh dengan emas, perak, dan berlian.

Meski tugas perempuan di lingkungan keraton sangat penting dalam urusan seremonial, militer, dan bisnis.  Namun, perempuan di lingkungan keraton juga memiliki fungsi utama yaitu sebagai pemelihara dinasti atau wangsa dan sebagai wadah untuk berprokreasi (hlm. 45).

Di keraton-keraton Jawa, raja atau bangsawan memiliki istri lebih dari satu dianggap wajar dan bahkan selain memiliki istri sah atau permaisuri, raja juga memiliki selir. Dalam hubungan pernikahan itu, perempuan kerap memiliki posisi subordinat di banding laki-laki bahkan mau menerima apapun saat diperlakukan suaminya. Dalam literasi-literasi ciptaan Belanda juga memperbincangkan demikian. Pemahaman seperti ini dibantah dengan adanya sikap tegas dari seorang Raden Ayu yang menggugat cerai suaminya karena telah diperlakukan kasar. Perempuan pada zaman itu sudah mengerti arti dari kesetaraan dan memiliki power untuk melawan ketertindasan. Perempuan dari kalangan elite yang berani menggugat cerai suaminya yaitu Raden Ayu Notodiningrat, cucu Mangkunegoro II, yang menggugat suaminya, Bupati Probolinggo, yang kasar dan tidak sopan. Bahkan salah satu putri Keraton Surakarta, Raden Ayu Sekar Kedaton, anak Sunan Pakubuwono VII, menolak lamaran bangsawan termasuk Pakubuwono IX.

Dalam era manapun perempuan menjadi bagian penting dalam menjaga keberlangsungan sebuah dinasti maupun budaya. Perempuan berperan menjamin pendidikan anak di lingkungan keluarga kerajaan. Sebelum menjadi pemimpin pasukan melawan Belanda, Pangeran Diponegoro sewaktu masih kecil dididik oleh neneknya, Ratu Ageng. Melalui pendidikan yang diterapkan Ratu Ageng, Diponegoro menjadi pribadi yang taat beragama dan berhati lembut.

Buku setebal 114 halaman ini membuka cakrawala pengetahuan kita tentang tokoh-tokoh perempuan Indonesia yang sejak dahulu telah sadar terhadap prinsip-prinsip emansipasi. Tentu ini akan semakin memperkuat perjuangan R.A. Kartini yang saat ini menjadi ikon gerakan emansipasi di Indonesia.

Buku yang merupakan hasil penelitian ahli sejarah Indonesia ini terlalu singkat dalam menjelaskan mengenai tokoh-tokoh perempuan yang disebut perkasa itu. Sehingga pembaca seperti hanya disuguhi biografi kilas dari masing-masing tokoh yang disebut tersebut. (Resensi ini permah tayang di Harian Umum Solopos)

Judul buku : Perempuan-perempuan Perkasa di Jawa Abad XVIII-XIX

Penulis : Peter Carey dan Vincent Houben

Editor : Candra Gautama dan Robertus Rony Setiawan

Tebal : 114 halaman

Cetakan : ketiga, Februari 2018

Peresensi : Abdul Jalil (Jurnalis dan penyuka buka)

Penerbit : Kepustakaan Popular Gramedia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun