Biodata Buku :
Judul : Jurnalisme Dasar
Penulis : Luwi Ishwara
Cetakan: Januari, 2011
Penerbit : Kompas
Tebal: xii + 188 halaman
Kalau dalam dunia sosial atau dalam pergaulan dengan masyarakat sikap skeptis tidaklah menjadi tindakan yang dianjurkan, karena ketika seseorang bersikap tidak percaya pada orang lain dianggap tidak menghargai orang lain. Berbeda dengan itu, justru seorang jurnalis harus menanamkan sikap skeptis saat menjalankan pekerjaannya. Karena dengan sikap ini, seorang jurnalis akan mampu mengungkap fakta yang sebenarnya dari sebuah peristiwa.
Skeptic berbeda dengan sikap sinis terhadap seseorang, karena inti dari sikap skeptic adalah keraguan. Dan keraguan akan berpotensi untuk menanyakan lebih dalam. Sedangkan inti dari sikap sinis adalah ketidakpercayaan terhadap seseorang. Dan sikap sinis ini sangat dianjurkan untuk dihindari dalam dunia jurnalistik. Karena, hanya akan menutupi kebenaran yang bisa terungkap.
Itulah yang digambarkan luwi Ishwara, penulis buku ini dalam menggambarkan sikap yang harus dipakai seorang jurnalis. Lebih lanjut, sikap skeptic ini juga harus diterapkan pada media. Karena, hanya dengan sikap ini, sebuah media akan “hidup”.
Selain itu, buku ini menerangkan kalau bertindak menjadi salah satu sikap seorang wartawan. Karena, waratawan tidak akan menunggu sampai peristiwa muncul. Tetapi, seorang wartwan akan mencari da mengamati dengan ketajaman naluri seorang wartawan. Karena, sebuah fakta hanya terjadi di luar tidak terjadi di ruang redaksi.
Menjadi seorang wartawan juga harus tahu keinginan pembaca. Untuk itu, wartawan harus mengumpulkan informasi yang menarik bagi pembacanya tentunya informasi yang sahih dan relevan. Seorang wartawan juga diwajibkan untuk membuat informasi yang menarik, tentunya mencari aspek-aspek yang dramatic, luar biasa, dan unik yang membedakan dari peristiwa lain yang serupa.
Dalam buku ini juga dijelaskan perkembangan dunia jurnalistik dari mulai jurnalistik surat kabar dikenal hingga munculnya berbagai jenis jurnalistik lain, seperti televise, radio, hingga internet.
Saat ini, dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, surat kabar yang saat itu menjadi satu-satunya pusat informasi, kini harus bersaing dengan media elektronik yang menawarkan kecepatan dalam memberikan informasi. Dan tentunya ini berdampak pada semakin berkurangnya pembaca media cetak dna beralih ke media elektronik.
Untuk itu, banyak dari media cetak yang saat ini tidak hanya menyajikan berita lugas saja, yang saat ini telah diambil perannya oleh media elektronik. Tetapi saat ini banyak media cetak yang menyajikan berita yang menekankan pada unsure mengapa (why news) dari pada unsure apa (what news).
Buku ini juga menjelaskan saat ini banyak suarat kabar yang menyajikan selain berita-berita lugas, juga menyajikan berita halus, seperti feature. Dan bahkan sebagian besar surat kabar di dunia banyak yang menyajikan berita berupa feature. Ini dengan tujuan, surat kabar menyajikan berita secara menarik dan berbeda dari media elektronik.
Dalam buku ini, penulis juga menerangkan secara rinci bagaimana membuat berita yang baik dan benar. Mulai dari unsur-unsur berita, proses penulisan, membuat lead, sampai tekhnik untuk mengevaluasi suatu tulisan.
Tetapi, buku ini lebih mendalami dalam penulisan berita bentuk feature. Karena, dianggap feature adalah penulisan berita yang saat ini pas digunakan di media cetak seperti Koran. Yang selain memberikan informasi kepada pembaca, juga menyajikan proses kejadian dan menceritakan kejadian tersebut kepada pembaca. Dan membuat seolah-olah pembaca mengalami kejadian itu sendiri.
Resentator : Abdul Jalil
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H