Dewasa ini, dunia seolah tidak memiliki batas geografis. Globalisasi mengintegrasi seluruh dunia untuk dapat berinteraksi satu sama lain. Globalisasi menghubungkan semua negara untuk saling mengetahui kondisi satu sama lain. Globalisasi memiliki dampak positif di berbagai bidang. Namun, Globalisasi dalam bentuk modernisasi dapat membahayakan kearifan lokal. Informasi mengenai kebudayaan asing yang tersebar secara bebas membuat masyarakat khususnya anak muda lebih tertarik mempelajari kebudayaan asing daripada miliknya sendiri. Hal ini terlihat dalam berbagai fenomena yang dapat dilihat di sekeliling kita seperti korean wave, westernisasi, dan lain sebagainya.
Untuk meminimalisir salah satu dampak negatif modernisasi ini, perlu adanya pendidikan berbasis kearifan lokal yang diimplementasikan semenjak sekolah dasar. Siswa diajarkan materi yang mengandung nilai-nilai kebudayaan lokal sejak sekolah dasar untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan lokal khususnya kebudayaan daerah asal. Setelah muncul rasa cinta terhadap kebudayaannya sendiri, siswa akan memiliki niat serta peluang besar untuk melestarikan kebudayaan tersebut.
Ada banyak sekali bentuk pengimplementasian kebudayaan lokal dalam bidang pendidikan contohnya saja menganalisis makna lagu daerah pada pelajaran bahasa, belajar menggambar batik dan mengerti makna dibaliknya, pementasan, dan lain sebagainya. Pengimplementasian kebudayaan lokal ini juga akan membentuk karakter siswa misal saja dalam pembuatan batik diperlukan kreativitas dan kesabaran, dalam menganalisis makna lagu daerah diperlukan berpikir kritis, dalam pementasan misalnya dramaturgi diperlukan kepercayaan diri yang tinggi, dan lain sebagainya.
Peran pemerintah terbilang sangat krusial untuk pengimplementasian pendidikan berbasis kebudayaan lokal khususnya dalam pemerataan kurikulum saat ini yaitu kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka menjunjung potensi kebudayaan lokal dalam bentuk proyek P5 dimana itu sangat berperan besar untuk menunjukkan eksistensi kebudayaan lokal dalam sektor pendidikan. Keefektifan program kurikulum yang baru ini kembali pada sekolah masing-masing. Guru diperlukan kreativitasnya untuk membuat materi dan menciptakan pembelajaran yang mengandung nilai-nilai kebudayaan lokal dana siswa diperlukan kerja samanya untuk kooperatif selama pembelajaran. Kurikulum merdeka ini memiliki konsep yang bagus dalam berperan sebagai salah satu upaya untuk melestarikan serta menunjukkan eksistensi kebudayaan lokal dan harusnya diterapkan dalam jangka panjang untuk dapat dievaluasi dan diperbaiki lebih lanjut di masa depan.
Peran masyarakat pun tak kalah penting khususnya peran orang tua dalam mendidik anaknya sebelum sekolah. Contohnya saja membiasakan anaknya memakai lebih banyak bahasa daerah atau bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk melestarikan salah satu jenis kebudayaan lokal yaitu bahasa. Selain itu, dibutuhkan sosialisasi kepada masyarakat yang lebih umum dengan bahasa yang mudah dimengerti orang awam agar mereka menyadari pentingnya implementasi kebudayaan lokal dalam pendidikan sebagai identitas bangsa kita.
Eksistensi kebudayaan lokal di sektor pendidikan memberikan manfaat yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan berbasis kebudayaan lokal adalah pembelajaran yang memberikan pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan berbagai strategi yang dapat diterapkan dalam kehidupan untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul di kehidupan semua orang. Pendidikan berbasis kebudayaan lokal juga diharapkan memberikan pengalaman positif dan menarik bagi siswa selama pembelajaran berlangsung sehingga siswa dapat mengimplementasikannya di kehidupan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H