Mohon tunggu...
Jalesa Mutiara Dewi
Jalesa Mutiara Dewi Mohon Tunggu... Guru - Guru di SDN 3 Mojopuro Kecamatan Jatiroto Kabupaten Wonogiri

Jalesa Mutiara Dewi, S,Pd.SD guru di SDN 3 Mojopuro, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.1 Calon Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten Wonogiri

4 Juli 2023   11:30 Diperbarui: 4 Juli 2023   11:40 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.1

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

Refleksi dwi mingguan kali ini saya akan menuliskan jurnal dengan model 4F.

4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P, dengan pertanyaan disesuaikan dengan yang sedang terjadi pada saat penulisan jurnal.

Pada modul 3.1. Kegiatan pertama tentu saja dimulai dengan pre test. Ketika menjawab butir-butir soal, saya sedikit sulit memilih jawaban yang paling tepat. Banyak study kasus diberikannya. Karena saya memang belum membaca modul, sehingga agak kesulitan juga dalam menjawabnya. Setelah pretest saya lanjut memahami alur 'mulai dari diri' . Judul Modul 3.1 'Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin.' Pada alur mulai dari diri ini saya diminta merenungi bagaimana pengambilan keputusan yang pernah saya lakukan baik kepada siswa maupun teman sejawat atau lingkungan.

Memang selama ini saya sering mengalami dilema dalam mengambil sebuah keputusan yang tepat. Saya sering ragu-ragu dan juga takut salah, sebab keputusan yang terbaik itu sering harus bertentangan dengan peraturan yang ada tetapi penting untuk orang lain. Ya, sulit memang, namun keputusan harus di ambil juga. Misalnya saja persoalan murid saya di sekolah. Murid saya itu sudah duduk di kelas VI. Mulai dari kelas VI semester 2, jarang masuk sekolah, Hampir setiap guru memproses masalahnya ini, pemanggilan orang tua juga sudah dilakukan kemudian datang ke rumah untuk menjemput anak tersebut agar mau sekolah juga sudah dilakukan. Kepala sekolah juga sudah mencoba memproses namun juga tak ada hasil. Dia berjanji akan masuk sekolah, tapi cuma tiga hari setelah itu tidak masuk lagi. Setiap upaya dilakukan untuk membujuk dan menasehati anak tersebut agar disiplin masuk sekolah. Tetapi dia tak juga berubah. Saya sudah belajar tentang segitiga restitusi juga sudah lansung merestitusinya. Perubahan hanya seminggu, setelah itu kembali lagi. Alasan tidak masuk hanya satu yaitu 'malas'. Ada perasaan malas berangkat ke sekolah. Sementara orang tuanya merantau dan di rumah hanya bersama kakek dan neneknya, kebiasaan tidak masuk itu sepertinya sudah hal yang biasa bagi guru dan teman-temannya, bila diabsen pagi sudah jelas tak akan pernah ada. Kata teman-temannya " kalau Naim tak bakalan ada, Bu. Saya hanya bisa tersenyum menanggapi kalimat murid saya itu. Saya memang bingung juga untuk mengambil tindakan apa terhadap Naim. Dia rajin datang setiap hari, tugas selalu berusaha dibuat. Kepala Sekolah juga tidak sampai hati jika anak tersebut sampai tidak lulus.
Keputusan apa yang mesti saya buat kepada Naim sehubungan dengan seringnya tidak masuk sekolah? Sanksi apa yang mesti diberikan agar dia berubah.? Saya sebagai guru merasa gagal menerapkan disiplin. Bila di suruh pindah dia tidak mau, jika tidak diluluskan juga sayang karena sudah kelas VI dan saya tak mungkin mencabut haknya untuk belajar. Bila dibiarkan, terkesan sekolah lemah aturan, lemah disiplin. Akibatnya yang lain terkontaminasi.

Pada alur eksplorasi konsep di modul 3.1 ini, saya mempelajari bagaimana mengambil keputusan yang tepat terhadap suatu masalah. Di sini saya mengetahui adanya prinsip-prinsip pengambilan keputusan, ada empat paradikma dilema etika, dan juga tentang 9 konsep pengambilan keputusan. Materi ini benar-benar baru bagi saya. Kasus-kasus yang ditampilkan banyak yang dekat dengan kejadian-kejadian yang terjadi di sekolah. Namun, saya belum memahami sepenuhnya materi itu karena alur pelajaran saya pada tahap eksplorasi konsep dan berdiskusi dengan teman sesama CGP.

Di ruang kolaborasi, diskusi bersama fasilitator dan teman kelompok bisa membuat saya lebih paham bagaimana mengambil keputusan yang tepat dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari maupun di sekolah. Kemudian pada alur elaborasi, berdiskusi dengan instruktur membuat materi ini makin terang seterang-terangnya sehingga saya tidak ragu lagi melakukan aksi nyata di sekolah dengan tepat dalam mengambil keputusan. Dan saya berharap nantinya bisa menjadi sosok yang bisa melahirkan keputusan-keputusan yang jitu dan cemerlang, sehingga menjadi tempat bertanya hendaknya bagi teman-teman di sekolah maupun di lingkungan saya.

Demikian refleksi saya pada modul 3.1 ini. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun