"Kami sekarang kerja, kumpul uang, juga ingin liburan. Percuma simpan harta benda banyak, datang gempa, habis semua. Harta benda kami hilang semua,"kenang Ibu Helena, Bendahara CU Santa Maria, Gunungsitoli.
"Ini pak, kawasan sekitar pantai sini, dulu tidak ada pemukiman, jalan pun masih tanah. Kota Gunungsitoli ini sepi, mobil-mobil masih bisa dihitung. Paskah gempa, banyak sekali funding, donor dan proyek pemerintah, maka daerah ini menjadi ramai. Jalan-jalan di perkotaan diaspal, banyak mobil, banyak orang masuk dari Aceh, Padang, Sumatera Utara lainnya. Ya, bencana membawa perubahan hebat bagi masyarakat dan Pulau Nias,"papar Pastor Anriadi Tinambunan, Pr., yang paska gempa menjabat sebagai Ketua Yayasan Caritas-PSE Keuskupan Sibolga yang juga Ketua Pengurus CU Karya Kasih Sejahtera, Gunungsitoli. Bersama para relawan dari dalam dan luar negeri Pastor Anri dan PSE. Â Â
Bulan November 2021 lalu hampir dua minggu saya kembali ke Pulau Nias untuk tujuan yang sama: credit union. Kali pertama tahun 2019 dari bandara Binaka Gunungsitoli saya langsung ke Gomo, Kabupaten Nias Selatan, 2 sampai 3 jam perjalanan darat. Kali ini saya diundang CU Karya Kasih Sejahtera (CU KKS) dan CU Santa Maria untuk memfasilitasi lokakarya strategic planning dan business plan (SPBP) kedua CU tersebut  di kota Gunungsitoli; serta lokakarya business plan CU Shagaini Lahusa Gomo di Gomo. Sembilan hari saya di kota Gunungsitoli dan empat hari di Gomo.
Â
Gempa mengubah peradaban
Harus diakui, paskah gempa hebat tahun 2005, Nias mengalami kemajuan yang sangat pesat; terutama di bidang pendidikan, teknologi, dan infrastruktur. Hadirnya non-goverment organization (NGO), relawan kemanusiaan, Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Nias-Aceh mengubah wajah masyarakat dan Pulau Nias. Banyak anak sekolah/kuliah, masuknya jaringan internet sehingga mudah mendapat informasi; jalan-jalan antarkecamatan/desa terhubung.
Untuk ingatan saja, tanggal 28 Maret 2005, pukul 23.09 wib Pulau Nias diguncang gempa berkekuatan 8,2 pada skala Richter. Gempa juga menghantam Pulau Simeuleu, Nanggroe Aceh Darussalam; saat warga terlelap (Kompas (29/3/2005).
Gempa juga dirasakan di Medan, Banda Aceh, Padang, Jambi, Pekanbaru, bahkan hingga Kuala Lumpur, Malaysia. Menurut data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), gempa Nias menewaskan sekitar 1.000 orang, 2.391 orang luka-luka. Kota yang terparah adalah Gunungsitoli; kota ini nyaris luluh lantak. Gempa ini sebagai gempa terbesar kedelapan di dunia sejak 1900.
"Di samping tugu peringatan gempa ini, dulu ada hotel lantai 4. Ketika gempa, tanah terbelah, hotel masuk ke dalam tanah dan kemudian tanah tertutup lagi, hotel dan segala orang yang ada di dalamnya juga ditelan bumi,"jelas seorang teman yang mengantar saya keliling kota Gunungsitoli, seperti ke pasar, kawasan perbelanjaan, museum Nias dan kawasan tugu peringatan gempa.
Kini Pulau Nias, khususnya kota Gunungsitoli sudah pulih, bahkan menurut warga Nias, lebih ramai, lebih modern dibanding sebelum gempa. Pendatang dari Aceh, Padang dan kawasan lain di Sumatera pun semakin banyak. Kehidupan masyarakat menjadi makin dinamis dengan aneka ragam perbedaan suku, bangsa, agama. Kalau sore di kawasan pantai berjejer puluhan pedagang kaki lima yang mayoritas penjualnya bukan orang Nias.
Di Pulau yang dihuni mayoritas umat Kristiani (umumnya gereja Banua Niha Keriso Protestan-BNKP) dan Katolik ini, gempa bisa dikatakan telah mengubah peradaban bangsa Nias dan wajah Pulau Nias.
Credit Union teman umat berdaya
Paska gempa, paska habisnya masa kerja funding, sponsor dan badan rekonstruksi pemerintah RI, yang membangu masyarakat korban gempa bangkit menata kembali kehidupannya, banyak lembaga yang melanjutkan karya kemanusiaan di Nias. Salah satu yang berperan aktif adalah gereja Katolik. Keuskupan Sibolga yang menaungi paroki-paroki di kepulauan Nias, melalui Yayasan Caritas-Pengembangan Sosial Ekonomi (YC-PSE) sejak belasan tahun lalu memfasilitasi pendirian sejumlah koperasi simpan pinjam credit union (CU).
Di Kota Gunungsitoli ada dua CU, yakni CU Santa Maria (CUSM) dan CU Karya Kasih Sejahtera (CU KKS). CU Santa Maria  melayani anggotanya umat Katolik di Paroki Santa Maria, Paroki Laverna dan Paroki Kristus Gembala Baik. CU KKS melayani masyarakat multi etnis dan multi agama dengan focus para petani, nelayan, warga kampung yang menjadi mitra YC-PSE ketika paska gempa Nias.
"Gereja Katolik terus berkomitmen penuh untuk memberdayakan umat, memfasilitasi umat untuk mampu mengelola ekonomi keluarganya agar kehidupan lebih sejahtera,"urai Pastor Mikael To, Pr., Ketua YC-PSE yang juga Pastro Paroki Santa Maria Gunungsitoli dalam lokakarya SPBP CU Santa Maria. Pastor Mikael juga Ketua Pengawas CU Santa Maria.
CU lain yang difasilitasi YC-PSE adalah CU Sohagaini Lahusa Gomo di Gomo, Kabupaten Nias Selatan.
Koperasi-koperasi primer yang difasilitasi pendiriannya oleh YC-PSE ini membentuk koperasi sekunder, yakni Pusat Koperasi Kredit Badan Kordinasi Credit Union Nias Tapanuli (Puskopdit BKCU NITAP). CU primer melayani anggota individu dan koperasi primer melayani CU-CU primer sebagai anggotanya.
Bapak/ibu warga di Kota Gunungsitoli dan sekitarnya dan Lahusa-Gomo yang ingin memberdayaan diri dan keluarga, yang ingin sejahtera, yang ingin bijaksana mengelola keuangan, yang ingin membuat atau mengembangkan usaha-usaha produktif baik individu maupun kelompok, silakan menjadi anggota CU tersebut. Berikut alamat ketiga CU tersebut.
1.CU Karya Kasih Sejahtera
Jalan Jp.Vallon Ujung Km.3, Desa Sifalaete Gunungsitoli, Nias, Sumatera Utara
(Kompleks YC-PSE)
2. CU Santa Maria
Jl. Karet No.33 A Gunungsitoli-Nias, WA.081265075781 (Kompleks Gereja St.Maria)
3. CU Sohagaini Lahusa Gomo
Jl. Boronadu Desa Orahili Gomo Kec. Gomo - Nias Selatan, Sumut (Kompleks Paroki Gomo)
  Â