Kini Pulau Nias, khususnya kota Gunungsitoli sudah pulih, bahkan menurut warga Nias, lebih ramai, lebih modern dibanding sebelum gempa. Pendatang dari Aceh, Padang dan kawasan lain di Sumatera pun semakin banyak. Kehidupan masyarakat menjadi makin dinamis dengan aneka ragam perbedaan suku, bangsa, agama. Kalau sore di kawasan pantai berjejer puluhan pedagang kaki lima yang mayoritas penjualnya bukan orang Nias.
Di Pulau yang dihuni mayoritas umat Kristiani (umumnya gereja Banua Niha Keriso Protestan-BNKP) dan Katolik ini, gempa bisa dikatakan telah mengubah peradaban bangsa Nias dan wajah Pulau Nias.
Credit Union teman umat berdaya
Paska gempa, paska habisnya masa kerja funding, sponsor dan badan rekonstruksi pemerintah RI, yang membangu masyarakat korban gempa bangkit menata kembali kehidupannya, banyak lembaga yang melanjutkan karya kemanusiaan di Nias. Salah satu yang berperan aktif adalah gereja Katolik. Keuskupan Sibolga yang menaungi paroki-paroki di kepulauan Nias, melalui Yayasan Caritas-Pengembangan Sosial Ekonomi (YC-PSE) sejak belasan tahun lalu memfasilitasi pendirian sejumlah koperasi simpan pinjam credit union (CU).
Di Kota Gunungsitoli ada dua CU, yakni CU Santa Maria (CUSM) dan CU Karya Kasih Sejahtera (CU KKS). CU Santa Maria  melayani anggotanya umat Katolik di Paroki Santa Maria, Paroki Laverna dan Paroki Kristus Gembala Baik. CU KKS melayani masyarakat multi etnis dan multi agama dengan focus para petani, nelayan, warga kampung yang menjadi mitra YC-PSE ketika paska gempa Nias.
"Gereja Katolik terus berkomitmen penuh untuk memberdayakan umat, memfasilitasi umat untuk mampu mengelola ekonomi keluarganya agar kehidupan lebih sejahtera,"urai Pastor Mikael To, Pr., Ketua YC-PSE yang juga Pastro Paroki Santa Maria Gunungsitoli dalam lokakarya SPBP CU Santa Maria. Pastor Mikael juga Ketua Pengawas CU Santa Maria.
CU lain yang difasilitasi YC-PSE adalah CU Sohagaini Lahusa Gomo di Gomo, Kabupaten Nias Selatan.