Mohon tunggu...
Epetebang
Epetebang Mohon Tunggu... Wiraswasta - untaian literasi perjalanan indah & bahagiaku

credit union, musik, traveling & writing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Credit Union Merangkai Kepingan Gempa Nias

12 Januari 2022   13:08 Diperbarui: 12 Januari 2022   13:12 1660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kami sekarang kerja, kumpul uang, juga ingin liburan. Percuma simpan harta benda banyak, datang gempa, habis semua. Harta benda kami hilang semua,"kenang Ibu Helena, Bendahara CU Santa Maria, Gunungsitoli.

"Ini pak, kawasan sekitar pantai sini, dulu tidak ada pemukiman, jalan pun masih tanah. Kota Gunungsitoli ini sepi, mobil-mobil masih bisa dihitung. Paskah gempa, banyak sekali funding, donor dan proyek pemerintah, maka daerah ini menjadi ramai. Jalan-jalan di perkotaan diaspal, banyak mobil, banyak orang masuk dari Aceh, Padang, Sumatera Utara lainnya. Ya, bencana membawa perubahan hebat bagi masyarakat dan Pulau Nias,"papar Pastor Anriadi Tinambunan, Pr., yang paska gempa menjabat sebagai Ketua Yayasan Caritas-PSE Keuskupan Sibolga yang juga Ketua Pengurus CU Karya Kasih Sejahtera, Gunungsitoli. Bersama para relawan dari dalam dan luar negeri Pastor Anri dan PSE.   

Pasar Gunungsitoli
Pasar Gunungsitoli

Bulan November 2021 lalu hampir dua minggu saya kembali ke Pulau Nias untuk tujuan yang sama: credit union. Kali pertama tahun 2019 dari bandara Binaka Gunungsitoli saya langsung ke Gomo, Kabupaten Nias Selatan, 2 sampai 3 jam perjalanan darat. Kali ini saya diundang CU Karya Kasih Sejahtera (CU KKS) dan CU Santa Maria untuk memfasilitasi lokakarya strategic planning dan business plan (SPBP) kedua CU tersebut  di kota Gunungsitoli; serta lokakarya business plan CU Shagaini Lahusa Gomo di Gomo. Sembilan hari saya di kota Gunungsitoli dan empat hari di Gomo.

 

Gempa mengubah peradaban

Harus diakui, paskah gempa hebat tahun 2005, Nias mengalami kemajuan yang sangat pesat; terutama di bidang pendidikan, teknologi, dan infrastruktur. Hadirnya non-goverment organization (NGO), relawan kemanusiaan, Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Nias-Aceh mengubah wajah masyarakat dan Pulau Nias. Banyak anak sekolah/kuliah, masuknya jaringan internet sehingga mudah mendapat informasi; jalan-jalan antarkecamatan/desa terhubung.

Untuk ingatan saja, tanggal 28 Maret 2005, pukul 23.09 wib Pulau Nias diguncang gempa berkekuatan 8,2 pada skala Richter. Gempa juga menghantam Pulau Simeuleu, Nanggroe Aceh Darussalam; saat warga terlelap (Kompas (29/3/2005).

Gempa juga dirasakan di Medan, Banda Aceh, Padang, Jambi, Pekanbaru, bahkan hingga Kuala Lumpur, Malaysia. Menurut data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), gempa Nias menewaskan sekitar 1.000 orang, 2.391 orang luka-luka. Kota yang terparah adalah Gunungsitoli; kota ini nyaris luluh lantak. Gempa ini sebagai gempa terbesar kedelapan di dunia sejak 1900.

"Di samping tugu peringatan gempa ini, dulu ada hotel lantai 4. Ketika gempa, tanah terbelah, hotel masuk ke dalam tanah dan kemudian tanah tertutup lagi, hotel dan segala orang yang ada di dalamnya juga ditelan bumi,"jelas seorang teman yang mengantar saya keliling kota Gunungsitoli, seperti ke pasar, kawasan perbelanjaan, museum Nias dan kawasan tugu peringatan gempa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun