Mohon tunggu...
Epetebang
Epetebang Mohon Tunggu... Wiraswasta - untaian literasi perjalanan indah & bahagiaku

credit union, musik, traveling & writing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nias yang Menghiasi Relungku

10 Maret 2019   06:29 Diperbarui: 27 Oktober 2021   11:26 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan ke Lahusa-Gomo yang mulus (foto: edi petebang)

Inda, nama yang dalam kebanyakan orang dipakai perempuan. Inilah orang pertama yang saya kenal di Pulau Nias. Senin, 25 Februari 2019, kali pertama saya menginjakkan kaki di tanah Nias. Sebelumnya sama sekali tidak ada bayangan tentang Nias. Setelah pesawat jenis poker mendarat dengan mulus di bandara Binaka, Gunung Sitoli, baru saya benar-benar merasa di Nias. Pulau yang sempat ramai di media tahun lalu karena kena terjangan tsunami.

Di area kedatangan bandara Binaka, diantara para penumpang dan penjemput, tidak ada satupun orang yang saya kenal. Hanya diberi nomor kontak satu orang: Inda. Ditelpon beberapa kali, tidak diangkat. Saya memutuskan santai jalan-jalan di arena bandara, menonton layar monitor promosi wisata Nias. Setelah menunggu sekitar 15 menit, baru telpon masuk dari Inda dan mengabarkan sedang dalam perjalanan.

Jalan ke Lahusa-Gomo yang mulus (foto: edi petebang)
Jalan ke Lahusa-Gomo yang mulus (foto: edi petebang)
Setelah ketemu, basa basi dan berkenalan, kami pun langsung menuju lokasi kegiatan. Ternyata Inda itu nama anak beliau; seperti tradisi masyarakat Dayak dan beberapa etnis lainya, orang Nias memanggil lelaki yang sudah punya anak dengan Ama (ayah) dan nama anaknya. Inda adalah nama anaknya, sehingga nama panggilannya Ama Inda.

Kami menuju kantor pusat Credit Union Lahusa Gomo. Itulah tujuan saya ke Nias. Sebagai pengurus Puskopdit BKCU Kalimantan, saya ditugaskan mengikuti Rapat Anggota Tahunan (RAT) salah satu dari 43 credit union anggota Puskopdit BKCU Kalimantan tersebut.  

Sebelum berangkat, saya bertanya ke beberapa staf di BKCU yang pernah ke Nias. "Wah, Pak, jalanannya hancur, banyak lobang dan batu-batu,"ujar mereka. Karena itu, pertanyaan awal yang saya ajukan untuk Ama Inda adalah "bagaimana kondisi jalan ke Lahusa-Gomo?". "O..aman pak..mulus,"jelas Ama Inda.

Ama Inda, anggota dan komite CU Sohagaini, orang pertama yang saya kenal di Nias (foto: edi petebang)ran
Ama Inda, anggota dan komite CU Sohagaini, orang pertama yang saya kenal di Nias (foto: edi petebang)ran
Ternyata dua jam perjalanan menuju pusat kota kecamatan Gomo, kantor Pusat CU Sohagaini memang sudah mulus, meski ukurannya skeitar 4 meter, pas untuk dua mobil. Alan turun naik bukit dengan kelok kiri kana dan jurang yang curam, cukup untuk menguji nyali kita. Beberapa kali saya terkejut dengan tikungan yang patah dan jurang ke sungai yang dalam. 

Jika berkendara mesti hati-hati karena selain jalan kecil, turun naik dan berkelok-kelok, masyarakat di desa di sepanjang jalan menjemur padi, pinang, kelapa, kako dan produk pertanian lainnya di badan jalan. Ini cukup mengganggu dan memperlambat perjalanan. "Kalau terpaksa ada kendaraan lain tidak bisa mengelak, ya saya tabrak saja jemuran itu,"kata Ama Inda.

Meski medan perjalanan cukup melelahkan, namun kita akan terhibur dengan suhu yang tidak panas, angin sejuk dari pantai,  serta hamparan sawah dan kebun coklat, kebun kelapa, pisang, pinang di kiri kanan sepanjang perjalanan. Mau cek mulusnya jalan dari Gunung Sitoli ke Lahusa dan Gomo? Sila buka di chanel youtube saya: .


Saya merasa suasan alam di Nias itu mirip Tana Toraja, Sulsel; berbukit-bukit dan subur. Bedanya suhu di Toraja lebih dingin. Ciri khas makanannya pun mirip: pedas. Inilah yang membuat saya tidak terlalu bisa menikmati anek jenis sayur,lauk selama di Toraja maupun Nias karena usus saya tidak kuat dengan pedas cabe.

Tanggal 26 saya mengikuti dan menyampaikan sambutan dalam RAT CU Sohagaini. Tanggal 27 dan 28 memfasilitasi pendidikan financial literacy (FL) kepada pengurus, pengawas, staf, komite CU Sohagaini, Pasto Anriadi Tinambunan, Pr., Direktur Caritas & PSE Keuskupan Sibolga serta Vincen, staf Puskopdit Nias-Tapanuli.

RAT CU Sohagaini (foto: edi petebang)
RAT CU Sohagaini (foto: edi petebang)
Karena pesawat dari Gunung Sitoli ke Medan pukul 06.05 pagi, supaya tidak terlambat, maka sore selesai pelatihan FL saya menumpang mobil Pastor Anri dan Pastor Rudy serta menginap dan makan malam di Pastoran Katolik Gunung Sitoli; diantar ke bandara juga oleh Pastor Anri. Di Gunung Sitoli saya diajak pastor mampir ke lokasi wisata doa "Taman Doa Bunda Maria'. Taman doa di pantai ini dikelola oleh orang Katolik awam. Yang unik di taman doa ini, ada tiga lokasi dimana jika kita berdiri di tengah-tengahnya suara kita bergema.

taman-maria-nias-5c844d54677ffb784d2112f3.jpeg
taman-maria-nias-5c844d54677ffb784d2112f3.jpeg
Pengalaman baru juga bagi saya karena baru di Nias ini saya mendapat konsumsi dan akomodasi di dua pastoran: di Pastoran Lahusa Gomo dan di Pastoran Gunung Sitoli. Di dua tempat ini  saya bisa merefleksikan betapa luar biasanya pengorbanan para imam Katolik yang mampu melepaskan riuh rendahnya godaan duniawi. 

Kita awam yang tidak mampu seperti kehidupan para imam ini, wajib mendukung mereka, mendoakan dan jangan ganggu mereka memilih jalan hidup yang mulia tersebut.   

Saya berterima kasih kepada empat imam muda diosesan yang berkarya di Tanah Nias: Pastor More, Pastor Alfons, Pastor Adri dan Pastor Rudy yang mengembangkan credit union disana sebagai model dan alat pemberdayaan umat basis. Pastor Rudy pernah menjadi ketua CU Sohagaini ketika menjadi pastor Paroki Lahusa Gomo.  

Nama unik dan basis Kristiani

Yang membuat saya terhibur juga di sepanjang perjalanan adalah nama-nama Caleg yang unik di telinga saya. Maklum saya kesana musim kampanye sehingga banyak sekali psoter, baliho caleg di sepanjang jalan. Nama yang unik dan lucu tersebut antara lain: Sopan Santun...; Saudara...; Rinso...; Peringatan..: Penyabar....dan lain-lain. Di ujung nama tersebut ada nama tambahan.

nama unik: sopan santun (foto: edi petebang)
nama unik: sopan santun (foto: edi petebang)
Nama unik: Turunan (foto: edi petebang)
Nama unik: Turunan (foto: edi petebang)
Nama unik: Peringatan (foto: edi petebang)
Nama unik: Peringatan (foto: edi petebang)
Yang juga baru saya temukan dalam banyak perjalanan saya adalah, sepanjang jalur Gunung Sitoli Lahusa dan Gomo adalah tidak kelihatan surau atau mesjid. Yang ada adalah gereja Kristen dan gereja Katolik. Hal ini wajar karena memang di Pulau Nias mayoritas penduduk Kristen (60%), ada Kristen Baptis dan Katolik Roma. 

Kristen yang paling banyak adalah Banua Niha Kriso Protestan disingkat BNKP. Saat ini (2019) sekitar 800.000 penduduk Nias, sekitar 73% beragama Kristen Protestan, 18% Katolik Roma, dan 7% beragama Islam; sisanya memeluk agama leluhur.

 

CU Sohagaini Lahusa Gomo

Di Pulau Nias ada KSP3 Nias yang mempunyai aset Rp 500 miliar dengan anggota 73.000 orang (data 2017). Menurut Pastor Petrus Dori More,Pr., Pastor Paroki Lahusa Gomo yang juga Ketua CU Sohagaini Lahusa Gomo, awalnya KSP3 ini diinisiasi dan digerakkan para pastor, rohaniwan Katolik. Makanya jangan heran cukup banyak kantornya di area paroki. 

Namun dalam perjalanannya terjadi perbedaan pandangan sehingga sejumlah Pastormemutuskan  mendirikan CU dengan pendekatan yang berbeda dengan KSP3. Mereka sebagian memilih CU model Puskopdit BKCU Kalimantan. Setelah magang di beberapa CU di Kalimantan Barat dengan fasilitasis Puskopdit BKCU Kalimantan, di Paroki Lahusa Gomo didirikan CU dengan nama Credit Union Lahusa Gomo.

Kantor CU Sohagaini di Kompleks Pastoran
Kantor CU Sohagaini di Kompleks Pastoran
Berdasarkan pengalaman masa lalu dengan KSP3, maka di CU yang dididikan tersebut, di dalam anggaran dasarnya diatur bahwa Pastor Paroki secara ex officio (otomatis) sebagai Ketua Pengurus CU Sohagaini. Karena itu, siapapun yang menjadi pastor paroki disini wajib tahu dan paham tentang CU.

CU ini berkembang baik. Berdiri tahun 2011, sampai akhir tahun buku 2018, mempunyai aset Rp.16,3 miliar dengan anggota 3.940 orang  dan 7 orang staf dan 4 calon staf. Alamat kantornya di Jalan Boronadu, Desa Orahili Gomo, Kecamatan Gomo, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara 22874. CU Sohagaini bisa dikontak via telpon seluer nomor 082164899080 dan atau email ke  cusohagaini@yahoo.co.id.

CU ini dikelola dengan memakai tata kelola credit union berbasis ACCESS Branding, dengan menerapkan spirit CU ala Frederich William Raffeisen, pendiri CU. Antara lain pilarnya: pendidikan, swadaya, solidaritas. Prinsip 3in1 juga dipraktekkan di CU ini, yakni anggota sebagai pemilik (member), pemimpinnya (leader) dan sukarelawan (voluunter).

Salah satu persoalan mengelola CU di Nias adalah mencari para pengurus CU yang berjiwa voluunter. "Disini lazim para pengurus koperasi itu ada honornya maka orang mau. Bahkan seperti kampanye para calon itu kalau mau pemilihan pengurus,"jelas Pastor Alfons, Pr., wakil ketua CU Sohagaini. Sejak awal didirikan CU Sohagaini memastikan asas keswadayaan dan sukarelawan dimiliki para pengurus, pengawas, komite dan kelompok inti.

"Kami yakin jika makin banyak masyarakat tahu apa d an bagaimana sebenarnya koperasi dan credit union itu, maka dengan sendirinya mereka akan memilih dan bergabung dengan CU Sohagaini,"jelas Pastor putra asli Nias ini.   

 

Profil Nias

Pulau Nias terletak di Barat Pulau Sumatera, di wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan luas 4.771 km2. Ketinggian 800 dpl. Pulau Nias terbagi dalam satu kota Gunung Sitoli, empat kabupetan (Nias Barat, Nias Utara, Nias Selatan dan Nias).  Saya kutip dari laman https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Nias, suku Nias dlaam bahasa alsinya menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tan Niha" (Tan = tanah).  Masyarakat Nias hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrak yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian.

Para pengayau Nias masa silam (foto Troppenmuseum)
Para pengayau Nias masa silam (foto Troppenmuseum)
Masyarakat Nias memakai sistem kasta, ada 12 tingkatan. Kasta yang tertinggi adalah "Balugu". Untuk mencapai kasta ini seseorang harus mampu menggelar pesta besar yang mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan babi untuk pesta selama berhari-hari. Masyarakat Nias mempunyai minuman beralkohol yang khas diberi nama tuak. Minuman ini disuling dari cairan dari pohon kelapa.

Yang mendunia dari Pulau Nias adalah tradisi lompat batu. Namun ternyata tradisi ini tidak ada dalam semua komunitas orang Nias. Yang ada hanya di kawasan Teluk Dalam, ibukota Kabupaten Nias Selatan. Di sekitar kecamatan Lahusa dan Gomo tidak ada tradisi lompat batu.

Pada masa silam, seperti masyarakat beberapa subsuku Dayak di Kalimantan, di masyarakat Nias ada tradisi mengayau: mencari kepala manusia untuk keperluan tumbal, persembahan. "Umumnya untuk persembahan kepada Raja. Menurut cerita, bukan hanya kepalanya yang dipersembahkan dari hasil mengayau, tetapi kepala dan sebelas lengan. Artinya ketika memotong kepala itu dibawah leher dan lengan manusia,"jelas Pastor Alfons.

Terima kasih Nias telah mengisi relungku dengan pengalaman baru.

YaaHoouw.....

Pontianak, 9 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun