Kata credit union bagi sebagian besar orang Indonesia terdengar masih asing. Namun tidak bagi masyarakat di Kalimantan Barat, terutama yang di daerah pedalaman. Credit Union atau CU sudah menjadi penolong hidup mereka, menjadi alat pemberdayaan sosial, ekonomi, politik mereka menuju kehidupan yang lebih baik.
Sejak berdiri sekitar tahun 1980-an, Credit Union terus berkembang di Kalimantan Barat. Kini anggotanya telah mencapai 800 ribu orang yang tersebar di 51 credit union. Total aset koperasi kredit ini Rp8,5 triliun. Â Ke-51 credit union tersebut tergabung dalam empat Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit).Yakni Puskopdit BKCU Kalimantan, Puskopdit Kapuas, Puskopdit Khatulistiwa dan Puskopdit Borneo. "Itu modal murni dari anggota. Tidak ada dari non anggota,"jelas saya kepada wartawan Pontianak Pos yang mewawancarai saya secara tertulis.
Pada tingkat dunia, saya kutip dari laman resmi organisasi CU dunia, WOCCU, (https://www.woccu.org)  sampai saat terdapat  235,000,000 anggota yang tersebar di 68,000 credit union di 109 negara di dunia. Artinya sudah banyak sekali anggota CU di dunia. Negara yang paling baik CU nya adalah di Korea Selatan. Di negeri Ginseng tersebut hampir 30 persen warganya anggota CU.
Di Indonesia, terutama di kalangan pejabat di Pusat, istilah CU belum banyak diketahui. Padahal istilah lain terkait ekonomi kerakyatan seperti MBT, syariah dan sebagainya sudah sangat lazim. Ketika gerakan CU di Indonesia bertemu politisi di senayan agar memasukkan kata "credit union" dalam undang-undang koperasi sebagai salah satu bentuk koperasi, maka mereka bertanya "apa itu credit union".
CU memang punya perbedaan dengan koperasi lainnya. Pendiri CU, William Fredrich Raiffeisen, mengajarkan tiga prinsip dasar CU, yakni simpanan hanya boleh dari anggota. Pinjaman hanya boleh diberikan kepada anggota dan jaminan peminjam adalah watak si peminjam. CU menjalankan prinsip "menolong orang agar dapat menolong dirinya sendiri untuk meningkatkan kualitas hidupnya". Prinsip inilah yang secara konsisten diterapkan CU sehari-hari. Dalam konsep CU, orang miskin itu hanya dapat ditolong oleh dirinya sendiri.
Pertanyaan itu agak aneh bagi saya; namun disisi lain menjadi pekerjaan rumah bagi insa credit union untuk lebih proaktif mengabarkan kebaikan credit union kepada masyarakat, khususnya melalui media massa.
Saya patut menyampaikan terima kasih kepada Harian Pontianak Pos, harian tertua dan terluas penyebarannya di Kalimantan Barat. Hari Kamis, 4 Oktober 2018 (versi website dipublish tanggal 3 oktober 2018) harian dalam grup Jawa Pos tersebut menulis panjanag lebar tentang credit union. Lebih lagi karena saya menjadi narasumber utama dalam artikel feature yang ditulis oleh wartawannya,  ASHRI ISNAINI, dengan judul "Melihat Kiprah Credit Union di Kalimantan Barat".
Selengkapnya dapat dibaca di link berikut. https://www.pontianakpost.co.id/teguh-berprinsip-menolong-anggota-agar-dapat-menolong-diri-sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H