Change or die....istilah ini populer ketika sejumlah perusahaan raksasa di Eropa dan Amerika (hampir) bangkrut. Para pemilik dan CEO perusahaan itu merasa tidak ada yang salah dengan perusahaan mereka namun omset penjaualan menurun drastis. Â Ternyata penyebab utamanya adalah mereka tidak mengikuti perkembangan teknologi dan tidak melakukan perubahan dalam perusahaan mereka. Â Perusahaan lain sudah melangkah lebih jauh dengan teknologi dan menjual tidak dengan cara konvensional, melainkan dengan internet, bisnis online. Kini bisnis online menjadi primadona.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi  RI kuartal I-2017 sebesar 5,01%. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal  pertama ini jika dilihat year on year, ditopang oleh beberapa sektor,  salah satunya adalah informasi dan komunikasi yang tumbuh 9,01%.Â
Hal itu, didorong dari banyaknya pengguna internet, contohnya transaksi online, sehingga sektor informasi dan komunikasi tumbuh. Jumlah volume transaksi secara online  telah meningkat 1,5% di atas transaksi konvensional. Mereka  yang belanja adalah kebanyakan generasi Y atau generasi muda. Jadi  generasi itulah yang meningkatkan penjualan online atau penjualan  e-commerce. Tapi untuk yang di atas 50 tahun itu masih menggunakan  offline store.
Karena itulah, bagi kita yang mulai maupun yang sedang berbisnis, selain offline, maka manfaatkan juga media online. Langkap sederhana adalah berjualan melalui kaun media sosial yang anda punyai, bisa di facebook, instagram, line, whatsapp, twitter dan sebagainnya.Â
Jika merasa belum cukup, maka kita bisa membuat akun di toko online yang tersedia. Misalnya tokopedia, bukalapak, olx, prello dan sebagainya. Ada juga media massa yang membuka laman jual beli, seperti tribunews. Ayo jualan online... Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H