Mohon tunggu...
Epetebang
Epetebang Mohon Tunggu... Wiraswasta - untaian literasi perjalanan indah & bahagiaku

credit union, musik, traveling & writing

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kelimutu, Danau Nirwana di Puncak Gunung Berapi

16 Mei 2017   22:29 Diperbarui: 16 Mei 2017   23:38 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indah dan segarnya Kelimutu di pagi hari (foto:edi petebang)

Alarm dari hp saya berdering  tepat pukul 03.30 waktu indonesia tengah. Baru kali ini saya membangunkan diri sepagi ini; setara dengan pukul 02.30 di tempat tinggal saya di Pontianak.  Pagi itu (28/4/017) saya bersemangat tidak sabar ingin melihat dari dekat bagaimana indah dan uniknya danau tiga warna Kelimutu di Ende, NTT. Saya tidak sendiri, saya bersama sekitar 150 orang dari peserta Rapat Anggota Tahunan (RAT) Puskopdit BKCU Kalimantan.

Menumpangi minibus yang full musik—ciri khas angkutan umum di NTT--perjalanan dimulai dari Hotel Sylvia, Maumere, tepat pukul 04.30 WIT. Meski jalannya mulus, namun karena sepanjang jalan berkelok-kelok dengan tanjakan dan turunan maut, maka rata-rata kami pusing. Apalagi berangkatnya masih pagi buta sehingga yang dilihat di sepanjang  jalan hanya kegelapan. Setelah melakukan perjalanan sekitar satu setengah jam, barulah mata dipuaskan dengan pemandangan indah turun naik bebukitan; menyaksikan rumah-rumah penduduk di kampong yang masih sederhana: berlantai tanah, berdinding bambu dan beratap seng.

Pukul 08.30 wit kami tiba di pemberhentikan kendaraan, atau area terakhir kendaraan harus berhenti. Selanjutnya sekitar satu kilometer mendaki untuk sampai ke puncak gunung dan ....capek pun sirna setelah mmenyaksikan keindahan dan keunikan danau Kelimutu dari dekat. Serasa mimpi, karena selama ini hanya bisa melihatnya dari televisi. Udara sejuk, angin sepoi-sepoi menambah kepuasan menikmati keindahan danau unik dan langka di dunia yang setahun dikunjungi 50.000 orang ini.

Rombongan Puskopdit BKCUK siap mendaki Kelimutu (foto:edi petebang)
Rombongan Puskopdit BKCUK siap mendaki Kelimutu (foto:edi petebang)
Danau Kelimutu berada di atas ketinggian 1.640 meter diatas permukaan air laut. Bisa disebut inilah danau nirwana di atas permukaan gunung berapi yang aktif. Danau ini dijadikan kawasan Taman Nasional dengan luas 5.356,5 hektar. Danau ini adalah kaldera dari letusan gunung berapi yang terakhir meletus tahun 1968.

Danau pertama yang kita jumpai berwarna hijau. Disampingnya danau berwarna merah. Agak jauh, di sebelah kiri naik terdapat danau berwarna hijau tua. Uniknya danau ini adalah warnanya yang berubah. Terutama yang berwarna merah. Ketika kami tiba, warnanya putih. Ketika kami mau pulang pukul 10.30 wit mulai berubah kemerahan dan nanti akan merah.

Menurut hasil penelitian ahli seperti yang tertera di prasasti di dekat danau perubahan warna itu dipengaruhi kadar oksigen. Semakin sedikit kadar oksigen, maka warnanya makin cerah. Semakin banyak kadar oksisigennya maka warnanya makin pekat (hijau tua, merah pekat).

Danau ini mengeluarkan uap yang mengandung belerang yang baunya menyengat. Karena itulah maka pengunjung hanya boleh di sekitar danau sampai sekitar pukul 11.00 wit. Makin siang maka kabut pun makin banyak dan udara semakin dingin; bau belerang semakin menyengat. Pengunjung diharuskan meninggalkan danau.

Pemandangan alam pegunungan yang hijau dan segar (foto:edipetebang)
Pemandangan alam pegunungan yang hijau dan segar (foto:edipetebang)
Setelah puas foto-foto dan menikmati keindahannya, kami pulang. Dalam perjalanan pulang ada monyet-monyet jinak  yang “meminta” makan kepada kita. Dekat kaki bukit danau terdapat para penjual makanan dan minuman ringan serta kain tenun NTT. Sayangnya harganya lumayan mahal sehingga sedikit diantara kami yang membeli. Kalau pun membeli agak terasa “terpaksa” untuk kenangan pernah ke Kelimutu.

Rumah asli warga di tepi jalan menuju Kelimutu (foto:edipetebang)
Rumah asli warga di tepi jalan menuju Kelimutu (foto:edipetebang)
Meski puas bisa ke Kelimutu, apakah saya mau kesana lagi? Terus terang akan mikir-mikir lagi. Karena medan perjalanan yang cukup berat; sesampai di danau, kita “hanya” memuaskan mata. Mungkin ada baiknya agak jauh dari danau, sekitar 200-300 meter, disedikan semacam pondok untuk tempat pengunjung santai menikmati sejuknya udara pegunungan dan gemerisik dedaunan pinus.

Anyway, Danau kelimutu, satu-satunya danau di puncak gunung api aktif yang ada di dunia. Terima kasih Puskopdit BKCUK sehingga saya bisa menyaksikan dan merasakan dari dekat keindahan dan keunikan danau yang sebelumnya, selama 47 tahun usia saya,  hanya bisa dibaca dan dilihat di youtube atau televisi.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun