Alarm dari hp saya berdering tepat pukul 03.30 waktu indonesia tengah. Baru kali ini saya membangunkan diri sepagi ini; setara dengan pukul 02.30 di tempat tinggal saya di Pontianak. Pagi itu (28/4/017) saya bersemangat tidak sabar ingin melihat dari dekat bagaimana indah dan uniknya danau tiga warna Kelimutu di Ende, NTT. Saya tidak sendiri, saya bersama sekitar 150 orang dari peserta Rapat Anggota Tahunan (RAT) Puskopdit BKCU Kalimantan.
Menumpangi minibus yang full musik—ciri khas angkutan umum di NTT--perjalanan dimulai dari Hotel Sylvia, Maumere, tepat pukul 04.30 WIT. Meski jalannya mulus, namun karena sepanjang jalan berkelok-kelok dengan tanjakan dan turunan maut, maka rata-rata kami pusing. Apalagi berangkatnya masih pagi buta sehingga yang dilihat di sepanjang jalan hanya kegelapan. Setelah melakukan perjalanan sekitar satu setengah jam, barulah mata dipuaskan dengan pemandangan indah turun naik bebukitan; menyaksikan rumah-rumah penduduk di kampong yang masih sederhana: berlantai tanah, berdinding bambu dan beratap seng.
Pukul 08.30 wit kami tiba di pemberhentikan kendaraan, atau area terakhir kendaraan harus berhenti. Selanjutnya sekitar satu kilometer mendaki untuk sampai ke puncak gunung dan ....capek pun sirna setelah mmenyaksikan keindahan dan keunikan danau Kelimutu dari dekat. Serasa mimpi, karena selama ini hanya bisa melihatnya dari televisi. Udara sejuk, angin sepoi-sepoi menambah kepuasan menikmati keindahan danau unik dan langka di dunia yang setahun dikunjungi 50.000 orang ini.
Danau pertama yang kita jumpai berwarna hijau. Disampingnya danau berwarna merah. Agak jauh, di sebelah kiri naik terdapat danau berwarna hijau tua. Uniknya danau ini adalah warnanya yang berubah. Terutama yang berwarna merah. Ketika kami tiba, warnanya putih. Ketika kami mau pulang pukul 10.30 wit mulai berubah kemerahan dan nanti akan merah.
Menurut hasil penelitian ahli seperti yang tertera di prasasti di dekat danau perubahan warna itu dipengaruhi kadar oksigen. Semakin sedikit kadar oksigen, maka warnanya makin cerah. Semakin banyak kadar oksisigennya maka warnanya makin pekat (hijau tua, merah pekat).
Danau ini mengeluarkan uap yang mengandung belerang yang baunya menyengat. Karena itulah maka pengunjung hanya boleh di sekitar danau sampai sekitar pukul 11.00 wit. Makin siang maka kabut pun makin banyak dan udara semakin dingin; bau belerang semakin menyengat. Pengunjung diharuskan meninggalkan danau.
Anyway, Danau kelimutu, satu-satunya danau di puncak gunung api aktif yang ada di dunia. Terima kasih Puskopdit BKCUK sehingga saya bisa menyaksikan dan merasakan dari dekat keindahan dan keunikan danau yang sebelumnya, selama 47 tahun usia saya, hanya bisa dibaca dan dilihat di youtube atau televisi.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H