Hari Sabtu tanggal 23 Maret 2017 seluruh dunia dilaksanakan peringatan "Earth Hour 60+”. Bentuk nyata kegiatannya adalah dengan mematikan lampu selama 60 menit di sejumlah kota besar di Indonesia dan di berbagai belahan dunia. Makna dari hari tersebut adalah mengajak warga dunia untuk menghemat daya listrik dunia dan sebagai aksi kampanye yang menyoroti efek perubahan iklim dunia.
Terkait dengan "Earth Hour 60+” tersebut, belasan juta masyarakat di pedalaman Kalimantan, khususnya di Kalimantan Barat, serta banya kampung, dusun, desa, pesisir di banyak pulau di Indonesia menolak aksi “Eath Hour 60+”. “Kami menolak Earth Hour 60+; aksi ini justru terkesan memperolok kami”. Demikian suara mereka.
Mengapa mereka menolak?
Boro-boro melaksanakan aksi tersebut; wong mereka tidak memakai listrik, he.....
Mengapa tidak memakai listrik? karena tidak ada listrik!
Karena sudah bukan rahasia lagi, pada umumnya di kampong-kampung belum ada listrik. Negara (baca PLN), belum mampu menerangi kampung-kampung.
WWF sebagai pemrakarsa "Earth Hour 60+” tidak perlu berkecil hati karena orang-orang di kampung tidak melakukan aksi "Earth Hour 60+”*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H