Meski saya bukan tinggal di Jakarta, namun hingar bingar Pilgub Jakarta yang setiap menit muncul di media elektronik Indonesia yang memang Jakarta-sentris, membuat saya tertarik berpendapat.Hari ini (Sabtu 26/3) media massa ramai menulis "Mau dibayar Rp 1 triliun juga saya gak mau dampingi Basuki, ora sudi," kata Ahmad Dhani (Tribun News Pontianak /2016/03/26).
Saya tidak heran kenapa Dani ngebet benar mau jadi gubernur DKI. Selain karena populer, pendapatan sebagai gubernur DKI sepertinya jauh lebih besar dibanding pendapatannya sebagai penyanyi dan musisi.Menurut Ahok, dalam wawancara di Mata Najwa minggu lalu, sebagai gubernur, setahun ia mendapat uang legal di luar gaji, sekitar satu milyar rupiah. Uang ini didapat dari semacam fee gubernur dari prestasi penarikan pajak. Dani sadar, di dunia artis, di usianya yang main tua, makin berkurang penggemar dan "pembeli" karya. Kalau bisa jadi gubernur, atau setidaknya wakil gubernur, pendapatannya tetap stabil.
Dani juga (dugaan saya karena saya belum pernah dengar pengakuannya), tertular dan terinspirasi keberhasilan sejumlah rekan musisi/seniman yang bisa menjadi gubernur, bupati dan wakil rakyat, sehingga ngebet mau jadi gubernur DKI.
dibuly politik..
saya kasihan sama ahmad dani. kenapa? karena prediksi saya dia ini hanya akan menjadi bahan bulan-bulanan (bully) partai politik yang sekarang mau menjadikannya bakal calon gubernur DKI, yakni PKB. Saya  ingat persis partai ini pada Pilpres lalu menggadang-gadang Rhoma Irama akan diijadikan calon presiden. Pak Haji pun aktif kampanye kemana-mana agar suara PKB cukup besar sehingga bisa mencalonkan dirinya. Apa yang terjadi?...Rhoma pun gigit jari karena PKB mendukung Jokowi-JK.Â
Setali tiga uang dengan Pilkada DKI. Mungkin PKB mau berterima kasih kepada Dani karena pada Pemilu silam berkampanye untuk PKB sehingga untuk menyenangkan hati Dani, diiming-imingi calon gubernur. Apa benar PKB akan mencalonkan Dani?....
Tunggu dulu.... ini politik bung! tidak ada yang pasti, tidak ada janji yang harus ditepati. Yang pasti dalam politik itu hanya kepentingan dan peluang keuntungan bagi parpol dan elit parpol. Di internal PKB sendiri sudah beda pendapat: ada yang pro Dani, ada juga yang pro Ahok. Kita lihat saja nanti...Jika peluang kemenangan Ahok tinggi, pasti PKB akan menyokongnya.
Saya kasihan dengan Dani karena saking ngebetnya jadi gubernur, sampai-sampai menjelek-jelekkan Ahok dan mau menggugat soal calon independen. Mau ditaruh dimana mukanya nanti seandainya jangankan terpilih, jadi calon gubernur pun tidak; dan Ahok yang jadi gubernur? Mestinya bertarung boleh, asal dengan cara yang elegan sehingga meski pun kalah, kalah terhormat.
Saya harap tulisan ini dibaca Ahmad Dani atau tim nya atau setidaknya simpatisannya. Saya senang dengan musiknya, di sisi lain saya kasihan dia nanti hanya akan jadi bahan "bully' politik.
Terakhir, terlepas dari kekurangan Ahok, dan saya tidak punya hak suara di DKI, diantara bakal-bakal calon gubernur DKI yang ada (Ahok, Yusril, Lulung, Dani, Sandiaga Uno, Adyaksa, dll), saya lebih senang dengan kepemimpinan Ahok. Jakarta, dan daerah lain di Indonesia, perlu pemimpin yang nyeleneh kayak Ahok ini jika ingin ada perbaikan.*** Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H