Mohon tunggu...
Epetebang
Epetebang Mohon Tunggu... Wiraswasta - untaian literasi perjalanan indah & bahagiaku

credit union, musik, traveling & writing

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Sudahkah Anda Ber "Valentine" Hari Ini?

14 Februari 2015   19:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:11 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang aneh di masyarakat kita berhubungan dengan perayaan hari valentine. Setiap tahun, perayaan hari Valentine masih menimbulkan pro-kontra di masyarakat Indonesia. Yang tidak setuju beralasan karena itu perayaan orang Kristen dan jika merayakannya maka bisa dibilang kristenisasi. Lagi pula menurut mereka yang tidak setuju, kasih sayang itu harus dilakukan setiap waktu, tidak hanya setahun sekali.

Yang setuju dan merayakannya (sesuai cara masing-masing) menyatakan, tidak ada salahnya, setahun sekali, secara khusus, kita merefleksikan dan mengungkapkan rasa sayang kita kepada isteri atau suami atau kekasih (bagi yang belum menikah).

Anda masuk dalam golongan mana? Silakan saja, itu pilihan nurani kita masing-maisng. Yang penting kita saling menghormati, slaing menghargai. Yang tidak merayakan, jangan sampai melakukan perbuatan yang merugikan orang yang merayakan. Sebaliknya, yang merayakan, jangan berlebihan; apalagi jangan sampai semua cara dihalalkan.

Saya sendiri tidak masuk dalam kedua kutub tersebut. Melarang juga tidak; merayakan juga tidak. Kami di keluarga biasanya saling mengucapkan selamat hari valentine antara orang tua dan anak-anak sambil memberikan coklat.

Setiap hari Valentin saya selalu membaca artikel tentang lahirnya tradisi merayakan valantine. Apakah Hari Valentine ada hubungannya dengan Santo Valentine?

Menurut sejarah Gereja Katolik, ada 3 Santo Valentine yang pestanya sama-sama dirayakan tanggal 14 Februari. St Valentine pertama adalah seorang imam dan dokter di Roma. Ia, bersama dengan St Marius dan keluarganya, menghibur para martir pada masa penganiayaan oleh Kaisar Claudius II. St Valentine ditangkap, dijatuhi hukuman mati karena imannya, didera dengan pentung dan akhirnya dipenggal kepalanya pada tanggal 14 Februari 270. Ia dimakamkan di Flaminian Way.

Paus Julius I (333-356) mendirikan basilika di lokasi tersebut yang melindungi makam St Valentine. Pada abad ke-13, relikwinya dipindahkan ke Gereja Santo Praxedes dekat Basilika St Maria Mayor. Sebuah gereja kecil dibangun dekat Gerbang Flaminian di Roma yang dikenal sebagai Porta del Popolo. Pada abad ke-12 disebut sebagai “Gerbang St Valentine”.

St Valentine kedua adalah Uskup Interamna (sekarang Terni, 60 mil dari Roma). Atas perintah Prefek Placidus, ia juga ditangkap, didera, dan dipenggal kepalanya, dalam masa penganiayaan Kaisar Claudius II.
St Valentine yang ketiga mengalami kemartiran di Afrika bersama beberapa orang rekannya. Tetapi, tidak banyak yang diketahui mengenai santo ini. Pada intinya, ketiga orang kudus ini, yang semuanya bernama Valentine, menunjukkan kasih yang gagah berani bagi Tuhan dan Gereja-Nya.
Kebiasaan mengungkapkan kasih sayang pada Hari St Valentine nyaris kebetulan bertepatan dengan pesta sang santo.

Sebetulnya perayaan valentine bermula pada Pertengahan di Eropa. Masa itu ada kepercayaan umum di kalangan warga Inggris dan Perancis bahwa burung-burung mulai berpasangan pada tanggal 14 Februari, “pertengahan bulan kedua dalam tahun.” Chaucer menulis dalam karyanya, “Parliament of Foules” (dalam bahasa Inggris kuno): “Sebab ini adalah hari Seynt Valentyne, di mana setiap burung datang ke sana untuk memilih pasangannya.” Oleh karena alasan ini, hari tersebut diperuntukkan bagi para “kekasih” dan mendorong orang untuk mengirimkan surat, hadiah, atau tanda ungkapan kasih lainnya.

Sebenarnya saling bertukar ucapan selamat valentine lebih merupakan kebiasaan sekular dari pada kenangan akan kemartiran St.Valentine. Perayaan valentine tiap tanggal 14 Februari lebih dominan “bersama dewa dewi asmara”. Inilah juga mengapa banyak orang tua tidak setuju anaknya merayakan valentine.
Sesungguhnya, pesan moral yang paling kuat dalam perayaan valentine adalah kasih yang penuh pengorbanan, yang tidak mementingkan diri, dan yang tanpa syarat. Setiap umat manusia dipanggil untuk mewujudnyatakan kasih yang demikian dalam hidup sehari-hari, seperti keteladanan St. Valentine.

Nah, harusnya pada Hari Valentine ini, seturut teladan santo agung ini, setiap orang hendaknya mempersembahkan kembali kasihnya kepada Tuhan. Kita hendaknya mengulang kembali janji kasihnya kepada mereka yang terkasih, berdoa demi kepentingan mereka, berikrar setia kepada mereka, dan berterima kasih atas kasih yang mereka berikan.

Bagi yang Kristiani, janganlah lupa akan sabda Yesus, “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:12-13).
Happy Valentine’s day…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun