Seorang bloger produktif mungkin saja memiliki keduanya. Itu akan menjadi modal bagi mereka untuk konsisten menulis setiap hari. Untungnya lagi penulis dan pembaca blog bisa berkomunikasi dua arah. Dari sana akan terbangun pertemanan dan konektivitas dari kedua belah pihak. Dengan begitu seorang bloger akan tahu kelebihan dan kekurangan tulisannya dari pembaca.
Konectivitas antara pembaca dan penulis itu kerap menimbulkan ide untuk ‘kopi darat’ antar bloger yang selama ini berjauhan tempat tinggal. ‘Kopi darat’ itu semakin mendekatkan mereka antar satu dengan yang lain. Ibarat menekatkan idola dengan penggemarnya atau reuni anak sekolah dengan gurunya. Pertemuan seperti inilah yang jarang terjadi pada media tulis lain.
Salah satu penggerak paling besar dalam menulis adalah keinginan berbagi, bercerita dan mengabarkan kepada orang lain. Ada kepuasan dan kebahagiaan bagi seorang bloger setelah apa yang ia pikir dan rasakan telah ia tuangkan dalam bentuk tulisan yang kemudian dibagi-bagi dijagad dunia maya. Kebahagiaannya akan berlipat ganda mana kala tulisannya direspon oleh pembaca dari ujung dunia lain entah dimana.
Kedua, Menulis Bebas
Kalau saya perhatikan, hampir semua bloger produktif itu menulis menggunakan gaya bebas (free writing). Bebas menulis apa saja. Bebas membuat judul dan struktur tulisan. Bebas mengeluarkan pandangan dan argumentasi. Singkatnya, mereka menulis tidak terikat dengan aturan bahasa baku yang dibuat oleh ahli bahasa. Tidak mengacu dengan EYD ; ejaan yang disempurnakan.
Bagi mereka menulis menggunakan aturan bahasa atau EYD tidak membebaskan tapi menghambat. Apa lagi orang menulis diblog motivasinya suka-suka, senang-senang dan ingin mengeluarkan sesuatu yang menumpuk dikepala. Kalau mengeluarkan sesuatu itu dibuatkan berbagai macam aturan, keluarnya akan susah alias seret.
Dan salah satu ciri menulis gaya bebas adalah mereka menggunakan bahasa ‘aku’ atau ‘saya’ dalam setiap tulisannya. Tema dan isu yang ditulis berdasarkan pengalaman, penglihatan dan apa yang mereka rasakan. Gaya menulisnya juga menggunakan gaya bercerita atau bertutur (story telling). Wajar kalau tulisannya pun sangat personal, dramatis dan ditulis berdasarkan penghayatan mendalam.
Beda kalau tulisan blog yang memang ditujukan untuk mengikuti sebuah lomba. Biasanya penyelenggara lomba membuat kriteria tersendiri yang mesti diikuti oleh bloger. Bila ingin menang tentu seorang bloger harus mengikuti aturan yang disyaratkan oleh penyelenggara. Walau begitu kadang tidak sampai mengatur masalah isi atau subtansi tulisan tapi hal-hal tehnis ketika memposting dan men-shere tulisan.
Ketiga, Tehnik TPS
Seorang bloger produktif dalam menulis setiap hari ternyata menggunakan tehnik TPS : tulis, posting dan share. Seorang bloger produktif akan menulis setiap hari. Apa saja ditulis. Tak berpikir itu penting atau tidak penting bagi orang lain yang penting mereka menulis. Tak masalah tulisan itu panjang atau pendek.
Bahkan bagi mereka menulis itu tidak perlu berpikir. Kalau kebanyakan berpikir malah tidak jadi selesai menulis. Mereka kemudian berpandangan, menulis itu tidak perlu pintar. Yang harus pintar itu justru pembaca. Kalau pembaca tidak pintar, dia tidak bisa membedakan mana tulisan bagus dan mana yang tidak. Selain itu tujuan menulis juga memintarkan pembaca bukan sebaleknya membodohi.