Berselang beberapa bulan, redaksi dari media tersebut resain, dirinya pun ditunjuk oleh pimpinan media untuk menduduki jabatan sebagai redaksi di media tersebut.
Namun rasa kebingungan menyelimuti dirinya, di mana dirinya tidak tahu apa yang harus dikerjakan karena sebelumnya hanya memegang pelan dan sapu saja.
Dirinya pun terus mengejar redaksi sebelumnya hingga ke rumahnya untuk mengajarkan dirinya menjadi seorang jurnalis. Selain itu, dirinya juga belajar pengoperasian website media tersebut.
Pantang menyerah dan terus semangat, akhirnya dirinya bisa mengerjakan pekerjaan sebagai seorang redaksi di media tersebut.
Dirinya mulai mencoba membuat beberapa tulisan hasil karyanya sendiri lalu di tayangkan di media tersebut.
Selain di media itu, dirinya juga menayangkan hasil tulisannya di blog terkenal dan hasilnya para pembaca suka pada karya tulisannya.
Setelah bisa menulis, dirinya terus meningkatkan skill dan pengetahuannya yaitu belajar wawancara yang dibimbing langsung oleh redaksi pelaksanan di media tempatnya bekerja.
Dirinya ditugaskan untuk melakukan wawancara, rasa takut pun ada pada dirinya karena belum pernah melakukan wawancara. Tetapi dengan rasa ingin bisa yang ada pada dirinya akhirnya ia mencoba melakukan wawancara dengan narasumber yang sudah direkomendasikan.
Selanjutnya, dirinya sukses melakukan wawancara itu, dan hasil wawancara ia transkip lalu dijadikan sebuah artikel dan ditayangkan di medianya.
Semua itu dapat digapai oleh Jalaludin Rommi atas semua kerja keras, pantang menyerah, semangat, tak kenal lelah, rasa ingin bisa yang terus berkobar dalam dirinya. Namun yang utama adalah kekuatan doa kedua orang tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H