Mohon tunggu...
Dede Jalaludin
Dede Jalaludin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seorang penyuka sastra dan aktif dalam menulis karya sastra berupa syair-syair puisi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

KPI Badan Pengawas (?)

25 Desember 2014   12:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:29 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kesuksesan stasiun televisi ANTV menayangkan serial drama “Mahabarata” membuat stasiun televisi tersebut naik di atas angin. Sehingga ANTV pun memutar serial film drama yang serupaseperti Jodha Akbar, Hatim, adapula drama serial berlatar Romantis seperti Nafya dengan tokoh artis yang sama. Namun, dengan cerita yang berbeda. Para penikmat (pemirsa) serial drama tersebut antusias apalagi dengan di datangkannya langsung para pemeran “Mahabarata” ke Indonesia. Menjadikan nilai jual bagi stasiun televisi tersebut di mata pemirsa.

Dengan mengambil kesuksesan yang diraih oleh ANTV membuat beberapa stasiun televisi swasta Indosiar, RCTI, dan Trans7 ikut latah menayangkan serial drama Bollywood. Sebenarnya sebelumnnya TPI atau yang saat ini menjadi MNCTV telah menayangkan serial bollywood seperti kuch-kuch hotai, mahabatein, kabhi kushi kabhi gham. Dan lain-lain. Namun, ketenaran serial tersebut karena jarang diputar. Penonton pun merasa haus dengan serial drama yang melegenda tersebut. dan kehausan tersebut terbayar oleh beberapa stasiun televisi yang menayangkan serial drama bollywood. Berbeda dengan serial korea yang menjamur hingga menjadi tren gaya style anak muda sekarang. Namun, serial drama bollywood ini memiliki kenangan bagi para penikmatnya.

Disaat kesuksesan tersebut datang. Stasiun ANTV memberikan serial-serial terbaru. Dimana serial yang terbaru adalah “King Sulaiman”. Secara tidak sadar serial drama ini menimbulkan kontroversi bagi kalangan umat Muslim. Karena “King Sulaiman” ini menggambarkan bagaimana sosok Raja Sulaiman yang mirip dengan masa Khalifah Sulaiman. Namun, Raja Sulaiman dalam drama ini penuh dengan kekejaman dan antagonis. Ini yang membuat keresahan di masyarakat. Keresahan ini pula yang seharusnya menjadikan pemilik stasiun televisi bisa pintar-pintar memilih dan memilah film atau drama FTV yang akan di tayangkan.

Sebagaimana sebelumnya SCTV dengan GGS (ganteng-ganteng serigala)nya mendapat teguran dari KPI terkait tayangannya. Namun, teguran ini tidak bersifat permanen sehingga sinetron tersebut kembali tayang dengan durasi tayang bertambah. Serial FTV ini juga di putar di beberapa stasiun televisi swasta seperti MNCTV dan RCTI dengan judul yang berbeda. Maka disinilah peran KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) harus memiliki sikap tegas terhadap tayangan-tayangan yang tidak layak atau tidak pantas dengan mencabut hak siarnya. Dengan tidak hanya mencabut penayangannya sementara akan tetapi berhentikan secara permanen. Agar tercipta tayangan yang mendidik. Bukan menimbulkan keresahan di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun