Katanya malam minggu malam yang panjang. Sebagai anak usia SD sepertinya aku tidak mengenal istilah itu meski malam ini malam minggu.
Malam minggu ini mungkin akan menjadi malam panjang karena ada tontonan layar tancap di lapangan desa. aku bersama teman genkku bersiap untuk berangkat menonton bersama. Kami berangkat setelah isya.
Tiba di lapangan ternyata suasananya sudah sangat ramai sekali. Di sepanjang kanan dan kiri jalan yang kami lalui menuju lapangan sudah penuh sesak dengan orang ngelapak dagangan. Mulai dari jualan es, wedang, gorengan sampai dengan permainan.
Permainan yang selalu membuatku lama untuk memperhatikan adalah pertandingan catur tiga langkah mati. Ada papan catur yang sudah siap dengan posisinya masing-masing untuk dimainkan.
Para penantang jika bisa mengalahkan pemilik catur akan mendapatkan hadiah lumayan besar. Syarat untuk bisa ikut permainan adalah harus membayar biaya permainan. Aku selalu tidak berani ikut, karena biaya permainannya selalu lebih dari uang sakuku.
Sudah lama aku perhatikan pertandingan itu sampai tidak ada yang ikut pertandingan lagi. Tidak ada satupun penantang yang berhasil menang dalam tiga langkah. Mungkin kalau boleh lebih dari tiga langkah sudah banyak yang memenangkan permainan.
Aku berlalu untuk mencari tempat yang nyaman buat menonton. Tanpa sengaja aku melihat dia.
Dia juga menonton. Dia yang biasanya tidak suka kebisingan. Dia yang biasanya sukanya kutu buku. Dia yang biasanya selalu rangking satu di kelasku.
Dia yang biasanya absen dengan keramaian. Dia yang juara kelas. Dia yang terkenal dengan bintang kelas. Dia juga bintang kecantikan di kelas.
Aku terasa seperti bermimpi. Aku cubit pipiku sendiri ternyata sakit. Aku sadar, aku tidak sedang bermimpi. Aku putuskan aku tidak beringsut sedikitpun dari tempatku sekarang.
Aku lepas saat teman genkku menarik tanganku. Aku terpana melihat cahaya yang jauh lebih terang dari layar tancap. Aku tidak berpaling dari cahaya itu.
Aku beberapa kali melirik untuk mengintip dia. Aku tak berani menghadap langsung untuk melihat dia. Jadi aku sering memicingkan mata untuk menengok dia yang duduk tidak seberapa jauh disampingku.
Kegelapan malam itu benar-benar aku nikmati senikmat-nikmatnya.
Pemutaran film di layar tancap dimulai. Film pertama yang diputar berjudul Jampang 2. Sebuah film yang dibintangi aktor Barry Prima mengkisahkan jagoan kampung yang mengalahkan tukang pukul juragan tanah yang kejam. Senang merampas tanah milik warga untuk melunasi hutangnya.
Terbayang andaikan aku yang menjadi Jampang dan dia gadis yang diselamatkan. Lamunanku memudar saat dia pudar dari pandanganku. Tidak sampai satu film usai dia sudah akan pulang. Waktu yang awalnya berjalan cepat kini melambat.
Jujur, aku tidak tahu rasa apa ini. Tapi seperti itu saja sudah membuatku senang. Menonton layar tancap dengan seorang bintang kelas tanpa berdekatan.
Kita bersua tanpa ada janji di saat menonton layar tancap. Kita bertemu tanpa saling pandang. Kita pisah tanpa dia tahu aku berharap penuh untuk bersama semalaman di tengah keramaian.
Pada akhirnya, malam minggu pun menjadi malam yang panjang benar adanya...
#Lomba Blog Komik
#Momen Nonton Pertama
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H