Mohon tunggu...
Jainal Abidin
Jainal Abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - jay9pu@yahoo.com

Wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cahaya Layar Tancap Mengeja Patah Merangkai Hati

18 Juli 2023   19:45 Diperbarui: 18 Juli 2023   19:50 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katanya malam minggu malam yang panjang. Sebagai anak usia SD sepertinya aku tidak mengenal istilah itu meski malam ini malam minggu.

Malam minggu ini mungkin akan menjadi malam panjang karena ada tontonan layar tancap di lapangan desa. aku bersama teman genkku bersiap untuk berangkat menonton bersama. Kami berangkat setelah isya.

Tiba di lapangan ternyata suasananya sudah sangat ramai sekali. Di sepanjang kanan dan kiri jalan yang kami lalui menuju lapangan sudah penuh sesak dengan orang ngelapak dagangan. Mulai dari jualan es, wedang, gorengan sampai dengan permainan.

Permainan yang selalu membuatku lama untuk memperhatikan adalah pertandingan catur tiga langkah mati. Ada papan catur yang sudah siap dengan posisinya masing-masing untuk dimainkan.

Para penantang jika bisa mengalahkan pemilik catur akan mendapatkan hadiah lumayan besar. Syarat untuk bisa ikut permainan adalah harus membayar biaya permainan. Aku selalu tidak berani ikut, karena biaya permainannya selalu lebih dari uang sakuku.

Sudah lama aku perhatikan pertandingan itu sampai tidak ada yang ikut pertandingan lagi. Tidak ada satupun penantang yang berhasil menang dalam tiga langkah. Mungkin kalau boleh lebih dari tiga langkah sudah banyak yang memenangkan permainan.

Aku berlalu untuk mencari tempat yang nyaman buat menonton. Tanpa sengaja aku melihat dia.

Dia juga menonton. Dia yang biasanya tidak suka kebisingan. Dia yang biasanya sukanya kutu buku. Dia yang biasanya selalu rangking satu di kelasku.

Dia yang biasanya absen dengan keramaian. Dia yang juara kelas. Dia yang terkenal dengan bintang kelas. Dia juga bintang kecantikan di kelas.

Aku terasa seperti bermimpi. Aku cubit pipiku sendiri ternyata sakit. Aku sadar, aku tidak sedang bermimpi. Aku putuskan aku tidak beringsut sedikitpun dari tempatku sekarang.

Aku lepas saat teman genkku menarik tanganku. Aku terpana melihat cahaya yang jauh lebih terang dari layar tancap. Aku tidak berpaling dari cahaya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun