Mohon tunggu...
Jainal Abidin
Jainal Abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - jay9pu@yahoo.com

Wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teknologi Bahaya Bernama Rokok Elektrik

4 Juni 2023   10:47 Diperbarui: 4 Juni 2023   10:49 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rokok dikatakan berbahaya nyatanya masih berada di sekitar kita. Sepertinya kita memang dipaksa suka dan menyukai "mainan" yang berbahaya karena memang lebih menantang. Apalagi teknologi telah menghadirkan sebuah rokok elektrik yang terlihat lebih modern.

Sebelumnya rokok konvensional atau rokok biasa dengan promo gambar yang mengerikan saja masih banyak yang mencarinya. Rokok yang jelas mengandung  zat aditif bahaya tetap mempunyai konsumen paling laris. Ditambah konsumen yang di bawah umur yang seharusnya belum sesuai batasan umur.

Kita memang merasa kesulitan melarang, apalagi jika bukan anak atau dalam lingkup relasi untuk melarangnya. Karena di tempat umum kita dibatasi oleh kepentingan umum. Dan merokok di tempat umum sudah menjadi tradisi yang keren bukan tradisi yang merugikan.

Banyak dari kita mengetahui bahkan sadar bahwa merokok banyak mudlorotnya. Tapi apa daya kalau sudah di tempat umum khususnya di desa yang pasti tidak ada atau jarang ditemukan smoking area, pasti perokok pasif akan memafhumkan para perokok aktif. Padahal secara tidak langsung mereka turut dirugikan dengan polusi udara di sekitarnya.

Andaikan di sana ada peraturan yang mengaturnya mungkin akan lebih mudah, semisal perokok aktif membayar denda langsung kepada perokok pasif karena telah merusak udara. Ini sebagai bentuk tanggungjawab sosial bagi seorang perokok aktif.

Jika mereka sudah mengerti bahwa yang dilakukan itu merugikan, mereka akan berusaha untuk tidak melakukannya ditempat umum. Sehingga merokok bukan lagi sebuah kebiasaan orang baik. Merokok adalah kelakuan dan kebiasaan orang jahat yang hanya egois memikirkan kesenangannya sendiri.

Para perokok ini tidak memiliki sense untuk menghormati orang di sekitarnya. Apalagi ibu hamil dan menyusui karean kebiasaan ini telah mereka lakukan sejak anak-anak karena meniru  perilaku orang dewasa. Terus seperti itulah generasi perokok turun temurun tanpa ada yang mampu memutus rantai itu.

Bahaya itu tidak hanya berhenti di situ. Muncul lagi kehadiran Vape, sebuah teknologi berbahaya baru yang membuat para perokok aktif semakin menggugah rasa penasarannya.

Vape sendiri ada dua versi jenis rokok. Ada POD ada yang MOD. Pod merupakan salah satu jenis rokok elektrik dengan kegunaan untuk mengisap nikotin melalui corong yang terhubung dengan magnet pada bagian badan mesin vape (Sumber Informasi).

Di sana jelas ada ruang untuk mengisap nikotin. Padahal dampak paling berbahaya dalam nikotin adalah efek kecanduan. Belum lagi masalah paru-paru, jantung, napas pendek, impotensi, kanker, penurunan kekebalan tubuh dan berbagai jenis penyakit banyak lainnya. Tergantung jenis kekuatan dan ketahanan fisik masing-masing individu.

Dan hal seperti itu juga tidak akan berguna kita sampaikan kepada perokok di keluarga kita. Mereka akan sadar jika penyakit itu benar-benar datang dan menghampiri mereka. Itupun hanya akan berhenti pada saat sakit dan akan tetap merokok lagi usai sembuh.

Apalagi yang kondisi fisik perokok itu kuat sehingga efek semua ini tidak dirasakan secara langsung. Sehingga POD yang mengandung cairan kimia ini menjadi tantangan baru tersendiri bagi mereka. Seperti penyuka pedas, semakin menemukan level lebih tinggi pedasnya merupakan hal baru yang berkesan.

Harga beli POD sebenarnya jauh lebih mahal. Tapi karena penggunaannya bisa untuk berkali-kali dan lebih praktis menjadi pertimbangan sendiri bagi perokok. Untuk pengeluaran setiap bulan akan lebih murah jika dibandingkan rokok biasa.

Maka sebenarnya teknologi rokok elektrik ini bukan membuat para perokok aktif berhenti tapi ini adalah pencipta pengalaman baru bagi perokok aktif. Lagi-lagi, kita sebagai perokok pasif harus dengan berbesar hati dan dipaksa mafhum atas teknologi tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun