Kami tidak harapkan belas kasih,
Hanya untuk wujud mimpi kami sendiri,
Biar saja mimpi kami berada di hati.
Melangkah dalam sunyi yang kelam,
Kami yang terpaksa putus sekolah,
Tak lagi bersua dengan teman dan guru,
Mimpi-mimpi tinggi kami terkubur dalam rasa perih tak terperi.
Sekolah tidak mau kenal kami,
Karena ulah orang tua kami dan Ibu pertiwi,
Mereka yang selalu miskin dan papa,
Hingga kami tak bersekolahpun tak apa-apa.
Andai ada setitik terang,
Kami inginkan sebuah prestasi gemilang,
Demi anak turun kami,
Tidak mungkin kami terus begini.
Janganlah putus asa, adikku,
Jangan pernah berhenti untuk berjuang,
Karena kesempatan untuk belajar dan tumbuh,
Tetap ada, walaupun kadang-kadang tersembunyi.
Aku mengerti bagaimana rasanya,
Ketika terpaksa menyerah pada mimpi,
Tapi di dalam diriku, terus ada harapan,
Untuk membantu mereka yang putus sekolah.
Mari kita bangkitkan semangat kita,
Untuk mencari jalan menuju kesuksesan,
Karena dengan tekun dan kerja keras,
Kita bisa meraih impian yang lebih tinggi.
Aku berdiri di sampingmu, adik-adikku,
Siap untuk mendukungmu dan mendorongmu maju,
Karena di dalam hatiku, selalu ada empati,
Untuk kamu yang putus sekolah, tapi tak pernah menyerah untuk berjuang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H