mengapa Ganjar Pranowo tak layak menjadi presiden IndonesiaÂ
Merunut tulisan Felix Tani pada ÂBahwa  pembangunan sosionomi nasional selalu mengakomodasi kepentingan tiga pihak yaitu penguasa (negara), pengusaha (modal), dan warga (rakyat) disamping kepentingan asing, tentu saja.  Seorang presiden harus mampu menciptakan equilibrum optimal tapi konstitusional antara kepentingan tiga pihak itu.Â
Berdasarkan menonton beberapa kali wawancaranya, sepertinya sosok Ganjar capres paling mampu mengakomodir tiga kepentingan di atas. Sebagaimana lanjutan pernyataan Felix di atas, berpihak salah satu membuat negara tidak akan kondusif.
Ganjar sudah berpengalaman dengan berbagai kepentingan bahkan kepentingan partainya sendiri. Setelah hiruk pikuk dalam pencalonan dirinya, akhirnya ia mampu keluar sebagai kandidat capres dari partainya.
Pengalamannya memimpin Jawa Tengah 2 periode dan menjadi anggota legislatif sebelumnya, turut serta dalam mendukung debutnya nanti menjadi presiden. Calon paling ideal dibandingkan dengan calon lainnya.
Meski mengalami beberapakali fenomena tak lantas membuat namanya tergerus oleh keadaan dan kondisi dalam beberapa hasil survey. Tapi tidak ada yang tahu nanti jika ia sudah lengser keprambon tidak lagi menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Setelah PPP bergabung, Ganjar lebih percaya diri meski secara mandiri partainya sudah mampu mengusungnya. Sebagaimana disampaikan salah satu kader PDIP dalam wawancara salah satu stasiun TV swasta, Adian Napitupulu, bahwa partainya tidak ada istilah koalisi tapi kerjasama.
Lebih lanjut Adian menyampaikan kerjasama membangun negara dan memimpin sekitar 280-an juta penduduk dibutuhkan kerjasama dari semua pihak. Konteknya tetap kerjasama antar partai pengusung yang platform partai ada kesamaan perjuangannya.
Tidak ada rasa dan nada jumawa dalam setiap pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh mayoritas kader PDIP. Mengingat PDI Perjuangan merupakan partai Petahana pemenang 2 kali berturut-turut Pemilu 2014 dan 2019.
Dari pada itu, Ganjar dan partai pengusungnya masih cukup layak untuk memenangkan kontestasi Pemilu 2024. Meski tidak menutup kemungkinan juga bisa mengalami kekalahan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI