Mohon tunggu...
Jainal Abidin
Jainal Abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - jay9pu@yahoo.com

Wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggerakkan Komunitas Belajar sebagai Wujud Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar

18 Maret 2023   14:49 Diperbarui: 18 Maret 2023   14:53 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurikulum merdeka dari kemendikbud.go.id

Sekolah adalah tempat kedua dan tahap berikutnya yang akan ditempuh setiap anak. Banyak sekali pilihannya, dari sekolah yang punya negara, swasta, nasional dan internasional. Semua jenis sekolah tersebut memiliki peran penting untuk sama-sama membentuk karakter pemimpin masa depan.

Lingkungan

Lingkungan ini memiliki peran krusial, karena diantara dua tempat di atas lingkungan memiliki sistem merdeka belajar alaminya. Sehingga anak lebih banyak berepresi dan berekperimen bebas di sini. Di satu sisi cenderung kurang pengawasan sistematis yang akan mengakibatkan adanya pelanggaran tapi di sisi lain harus berani belajar melakukan kesalahan dan memperbaikinya.

Dari ketiga tempat, lingkungan selalu dianggap sebagai tempat kurang representatif untuk pendidikan karena semua berpikir pendidikan hanya tanggungjawab sekolah dan di rumah. Sehingga cenderung banyak pembiaran jika ada pelanggaran yang dilakukan oleh anak yang tingkatnya masih di jenjang pendidikan.

Saatnya pemerhati pendidikan untuk meramu agar kurikulum ini mampu melibatkan lingkungan sebagai salah satu sentral pendidikan.

Tahapan implementasi kurikulum merdeka sumber: sman2.sch.id 
Tahapan implementasi kurikulum merdeka sumber: sman2.sch.id 

Praktik Baik Implementasi Kurikulum Merdeka

Jelas bahwa Guru dan orang tua selama ini telah melakukan praktik baik, terlepas dari beberapa kasus orang tua dan guru yang bermasalah.

Yang menjadi tantangan dan evaluasi bersama adalah lingkungan tempat anak bermain. Mereka berada di sana dengan sangat bebas. Terkadang dengan kebebasan itu anak berperilaku di luar kebiasaan di rumah maupun di sekolah.

Semisal anak bisa merokok adalah kebiasaan yang didapatkan di luar rumah dan sekolah. Sehingga praktik baik tidak hanya perlu dilakukan oleh sekolah dan di rumah tapi dimanapun anak berada juga harus terdapat praktik baik. Sehingga kebiasaan yang tertanam adalah kebiasaan yang baik pula.

Maka jika ada anak yang nakal, sebenarnya mereka telah tahu dan sadar bahwa kelakuan itu tidak baik dan sebuah pelanggaran. Saatnya tugas kurikulum merdeka tidak tersekat oleh tembok sekolah melalui praktik-praktik baiknya. Justru di luar keduanya (sekolah dan rumah) harus menjadi bagian riset serta praktik dari pengalaman anak sebagai bagian dari tri pusat tempat pendidikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun