Mohon tunggu...
Jainal Abidin
Jainal Abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - jay9pu@yahoo.com

Wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mario Dandy Satriyo Tidak Pernah Masuk Sekolah Pukul 5

7 Maret 2023   01:47 Diperbarui: 7 Maret 2023   01:51 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masuk sekolah pukul 5. Sumber: kompas.com

Mario Dandy adalah anak dari pegawai Ditjen pajak. Setelah kasus yang menimpanya ada 2 intansi pendidikan yang melakukan klarifikasi atas sekolahnya.

Nama Mario Dandy terkenal semenjak melakukan penganiayaan yang direkam dan tersebar di media sosial. Bagaimana bisa seorang anak seperti Mario bisa melakukan kekerasan seperti itu?

Teori pendidikan mengatakan bahwa pusat pendidikan ada tiga yakni rumah, sekolah dan lingkungan. Rumah dalam hal ini peran orang tua sudah pernah dibahas pada artikel ini.

Sekarang kita akan membahas tentang sekolah sebagai salah satu pusat pendidikan. Seberapa efektifnya masuk sekolah pukul 5? Mengingat dengan segala macam konsekuensi positif dan negatif dari kebijakan tersebut.

Saya kira bukan masalah waktu masuk yang menjadi pokok penting dari keberadaan sekolah. Tapi lebih pada quality time yang dihadirkan oleh sekolah kepada peserta didik. Seberapa berharga kualitas waktu yang diberikan untuk menggantikan peran orang tua yang neglectful.

Di sini sekolah harus mampu mengambil peran orang tua untuk ikut andil setelah mengetahui latar belakang penyebab kelakuan anak. Sehingga mereka mampu untuk memperoleh pola asah, asuh dan asih di sekolah yang lebih tepat.

Sudah saatnya sekolah tidak hanya berpatokan kepada sistem nilai rapor dan ijazah anak. Tapi kepada keluhuran budi pekerti sebagaimana wasiat R.A. Kartini. Sehingga hasilnya bukan manusia robot tapi manusia yang manusiawi.

Sehingga perlakuan kepada alam sekitar akan menjadi baik begitu juga dengan perlakuan terhadap manusianya. Tidak akan melakukan kekerasan atas nama apapun. Apalagi sampai pembenaran perlakuan tindak laku kekerasan dan bahkan menyebarkan.

Perlu untuk menjadikan perhatian bersama sudah banyak anak yang melakukan tindak kekerasan tanpa pertimbangan akal sehat. Motivasinya kadang teramat remeh temeh seperti kasus Mario tersebut. Sudah tepatkah sekolah menanamkan pola pikir kerja akal sehatnya, atau memang masuknya kurang pagi atau malah kepagian?

Kalau berkaca dari kasus Mario kita tahu bahwa ia adalah salah satu peserta didik yang bermasalah. Hal ini terlihat dari konfirmasi sekolah SMA Taruna Negara bahwa ia sempat mengalami pindah-pidah sekolah. Begitu juga saat kuliah di Universitas Prasetiya Mulya juga dikeluarkan.

Sepertinya kita sudah saatnya berpikir bukan masalah masuk sekolah pukul 5 tapi lebih bagaimana jika anak seperti Mario ini berpindah sekolah. Harus ada laporan kronologi anak agar arsip sekolah paham bagaimana memperlakukan anak ini ke depannya. Jadi tidak mengalami salah diagnosa di tempatnya yang baru.

Pada akhirnya perlakuan neglectful dan over pampering tidak berpengaruh massive pada perkembangan anak. Karena masuk sekolah pukul 5 bisa menjadi bukti betapa kepedulian sekolah melebihi orang tua di rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun