Mayoritas pasangan yang menikah akan menginginkan keturunan. Mereka memakai berbagai cara untuk menempuh tujuan itu. Tidak jarang harus menunggu waktu yang lama sehingga diberi keturunan tersebut.
Namun di sisi lain ada juga yang ingin menunda dikarenakan adanya keinginan untuk berkarir. Sehingga berasumsi jika memiliki anak akan mengganggu prosesnya. Bahkan ada di zaman ini yang merencanakan untuk tidak memiliki garis keturunan (child free).
Semua pilihan pasti ada konsekuensi masing-masing yang harus ditanggung. Begitu juga pilihan punya anak atau pun pilihan tidak ingin punya anak. Tinggal bagaimana pasangan itu mempertanggungjawabkan setiap pilihannya masing-masing.
Kalau mempunyai anak kita bisa mengikuti pemahaman, banyak anak banyak rezeki. Tidak usah merasa takut. Ini jelasnya begini, jika di dalam keluarga hanya ada ayah dan ibu tentu bagian rezeki akan lebih banyak jika dibandingkan di dalam keluarga ada ayah, ibu dan anak. Apalagi jika anaknya lebih dari satu atau bahkan lebih banyak lagi.
Dilihat dari segi ekonomi, orang yang berada di ekonomi menengah ke atas akan cenderung berani untuk memiliki banyak anak. Tapi matematika itu terkadang tidak berlaku, karena banyak juga dari kalangan menengah ke bawah malah banyak anaknya. Mungkin karena variasi hiburannya hanya berkutat itu yang menyebabkan anaknya menjadi banyak.
Jika memilih tidak mempunyai anak, salah satu paham yang kita ikuti adalah program Keluarga Berencana (KB). Kalau KB, dua anak cukup maka child free tidak mempunyai anak cukup. Child free telah menghemat pertumbuhan jumlah anak dengan tidak memiliki anak.
Tapi yang masih perlu menjadi pemikiran bersama, tidak mempunyai anak di Indonesia itu masih sesuatu yang tabu. Akan menjadi topik pembicaraan orang sekitar, saudara dan juga tetangga. Pasangan yang sudah lama menikah saja pasti akan menjadi gunjingan kok malah tidak ingin memiliki anak.
Tidak jarang orang sekitar kita yang menjadikan belum memiliki keturunan menjadi sesuatu yang berat. Saran-saran yang terkadang itu tidak memperhatikan pasangan yang menghadapi dilema belum mampu mempunyai anak.
Dari semua saran, dari medis sampai dengan non medis pasti akan diterima pasangan tadi. Alternatif terakhir biasanya mengangkat anak untuk diadopsi. Mencari anak saudara sebagai pancingan kata orang jawa.
Entah itu benar atau tidak, masuk akal atau tidak yang jelas pasti akan dilakukan oleh pasangan yang sedang dilema tersebut. Terkadang tidak mempertimbangkan kesiapan pasangannya yang melaksanakan. Hal ini disebabkan terlalu terpengaruh oleh saran-saran massa tadi.
Apalagi jika pasangan mengambil keputusan untuk tidak memiliki anak sejak awal pernikahan. Tentu akan banyak sekali yang menentang bahkan tak jarang yang lebih menghakimi. Sehingga perlu komunikasi intern dulu dengan pasangannya.
Sehingga ombak sebesar apapun tidak akan mampu mengkoyak keputusan untuk child free jika memang sudah dipilih. Pilihan ini cukup membantu dan sangat menyukseskan program KB, karena mengurangi populasi kelahiran.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2022 angka kelahiran di Indonesia telah mengalami penurunan. Kalau memang digalakkan child free bisa menyumbang angka penurunan. Maka bisa menjadi alternatif program untuk disosialisasikan.
Namun begitu jika tidak ada kelahiran, akan menyebabkan generasi muda menjadi langka. Padahal generasi ini yang menopang pembangunan suatu negara. Dengan begitu pertumbuhan keseimbangan penduduk menjadi kurang sehat.
Jika menjadikan child free pilihan maka hal ini penting untuk digarisbawahi. Jangan sampai keputusan child free menyebabkan pasangan menjadi pemalas. Tidak mau melakukan sekedar kegiatan guna aktualisasi atas dirinya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H