Mohon tunggu...
Jako Tingkir
Jako Tingkir Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Penikmat musik yang suka segala jenis musik mulai dari dangdut, pop, rock n roll, jazz, hardrock, heavy metal, classic, dan lain lain yang penting enak didengar ditelinga dan dihati

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jason Becker, perjuangan Dewa Gitar melawan ALS

14 Januari 2014   20:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:50 4277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_290117" align="alignnone" width="623" caption="sumber: www.jasonbeckerguitar.com"][/caption]

Semua pencinta musik yang beraliran Neo-clasical rock pasti kenal Dewa Gitar yang satu ini. Jason Becker dikenal tidak hanya sebagai gitaris dengan skill tinggi, namun ia juga memiliki kepiawaian dalam mengkomposisikan melodi yang rumit namun indah.

Jason Becker lahir di Richmond, California tahun 1969. Pada umur 5 tahun, Jason kecil telah menguasai teknik bermain gitar dengan baik. Seperti kebanyakan gitaris neoklasikal, Jason juga terinspirasi dari permainan biola Paginini dan komposisi Mozart dan Bach. Dia banyak mempelajari karya-karya Paganini dan menggubah kedalam permainan gitarnya. Ia dikenal sebagai salah satu gitaris speed metal dengan permainan yang bersih (clean). Tidak hanya itu, karya-karya yang ia tulis juga memiliki komposisi melodi yang rumit. Salah satunya adalah komposisi favorit saya yang berjudul ‘Air’ di album Perpetual Burn ( bisa didengar di sini ).

Umur 16 tahun, bersama temannya Marty Friedman, Jason membentuk band Cacophony dan mengeluarkan album berjudul  Speed Metal Symphoni (1987). Album ini masuk dalam top 10 classic shred album of all time versi majalah Guitar Player. Hal ini dikarenakan album tersebut kaya akan komposisi yang rumit. Alur lagu yang chaos namun secara mengejutkan tetap enak didengar. Perpaduan yang harmoni dari dua gitaris shred terbaik yang pernah dilahirkan didunia ini memberikan nuansa speed metal yang akan membetot jiwa para pendengarnya.

Tahun 1988, Jason mengeluarkan solo album yang berjudul Perpetual Burn. Sekali lagi permainan yang cepat (Speed) namun tetap bersih (clean) menjadi andalan Jason. Komposisi melodi yang rumit namun tetap indah didengar sangat menonjol di album ini. Disini Jason sekali lagi membuktikan bahwa dia bukan hanya gitaris biasa, tapi dia adalah sang maestro.

Umur 19 tahun, Jason bergabung dengan David Lee Roth Band sebagai pengganti Steve Vai.  Disinilah Jason harus menerima kenyataan bahwa dirinya mengidap penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis), sebuah penyakit langka yang juga menyerang seorang Fisikawan terbesar abad ini, Stephen Hawking. Jason di vonis hanya dapat bertahan hingga 5 tahun. Dibawah bayang-bayang ALS, Jason berhasil menyelesaikan albumnya bersama David Lee Roth Band, “A Little Ain’t Enough”. Namun Jason tidak dapat menemani band tersebut untuk melakukan tour.

Di tengah semakin memburuknya kondisi tubuh Jason akibat ALS, ia berjuang menyelesaikan album solonya yang berjudul Perspective. Album ini akhirnya dapat ia selesaikan di tahun 1996. Awal pengerjaan album ini adalah pada tahun 1989, tepat sebelum ia mendapat serangan ALS.  Jadi 7 tahun Jason berjuang menyelesaikan album ini. Walaupun album tersebut tidak mencirikan ke khas an shred gitar Jason, namun album ini melambangkan keteguhan dan kegigihan Jason dalam berkarya dan pantang menyerah terhadap kondisi dan situasi yang ia hadapi. Dengan menggunakan gitar dan sebuah keyboard pada saat dia tidak dapat menggerakkan kedua tangannya, Jason terus berkarya  saat penyakitnya memburuk. Pada saat kondisinya tidak lagi memungkinkan ia untuk memainkan instrumen, teman dan produser musik membantunya dengan menggunakan program computer yang dapat membaca gerakan kepalanya. Hal inilah yang membuat Jason dapat terus berkarya meskipun dia sudah kehilangan kendali atas seluruh tubuhnya.

[caption id="attachment_290120" align="alignnone" width="328" caption="sumber: www.jasonbeckerguitar.com"]

13897074341902326111
13897074341902326111
[/caption]

Tahun 1997, Jason akhirnya kehilangan kemampuannya untuk berbicara (karena dia tidak bisa menggerakkan mulutnya) dan mengalami kelumpuhan total seluruh tubuhnya. Ia berkomunikasi dengan menggunakan matanya melalui sebuah sistem yang dikembangkan oleh keluarganya. Meskipun ALS secara bertahap merenggut kemampuannya untuk bermain gitar, berjalan, dan akhirnya berbicara, namun Jason tetap gigih berkarya. Dengan bantuan komputer, ia tetap menggubah lagu dan melakukan komposisi yang menakjubkan. "Aku mempunyai Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS), yang membuat tubuhku cacat dan membuatku tidak dapat berbicara, tapi tidak pikiranku". Itulah kata-kata yang ia tulis di belakang album Perspective.

Jason tidak berhenti sampai disitu. Dengan keterbatasannya itu, ia tetap berkarya. Jason merilis Raspberry Jams (1999) dan Blackberry Jams (2003), yang pertama berisi berbagai demo-tracks yang tidak dirilis dan yang kedua berisi demo-tracks, yang kemudian dikerjakan ulang dan diterbitkan dalam album lain. Semua itu dilakukan Jason dengan menggunakan bantuan komputer yang dapat membaca gerakan mata. Ya, dengan gerakan mata itulah Jason melakukan semua pekerjaan. Hanya manusia dengan semangat dan jiwa yang besar yang dapat melakukan itu semua.

Gitaris Joe Satriani mengatakan , " Jason saat muda adalah pemain gitar virtuoso . Sekarang dia adalah manusia virtuoso . "

" Jason telah menyentuh begitu banyak orang,  orang-orang yang mencintai musik dan mengambil gitar lagi sendiri, untuk tidak melakukan bunuh diri , hanya menjalani kehidupan mereka sendiri dengan lebih banyak kesadaran , kebaikan dan kasih , " kata Ibunya .

Semangat hidup dan semangat berkarya Jason dalam bermusik telah menginspirasi banyak musisi-musisi lain.  Album Tribute untuk Jason Becker pun dibuat. Beberapa artis terkenal bersedia membantu rekaman tribute ini secara sukarela antara lain: Eddie Van Halen, Marty Friedman, Vinnie Moore, Paul Gilbert (Mr.Big), Joe Lynn Turner (ex-Deep Purple), Kee Marcello (ex-Europe), Neil Zaza, Anders Johansson (ex-Yngwie Malmsteen), Chris Poland (ex-Megadeth), Jeff Watson (ex-Night Ranger), Stephen Ross, James Byrd, Matt Bissonette, Mark Boals, dan lainnya. Semua keuntungan yang diperoleh dari album tribute ini akan disumbangkan kepada keluarga Jason untuk biaya pengobatannya.

Terakhir,  Jason Becker meluncurkan buku dan film pendek yang berjudul ‘Jason Becker: Not Dead Yet’. Buku dan Film dokumenter ini berisi perjalanan hidup Jason dan perjuangannya menghadapi penyakitnya.

Banyak hal yang bisa kita petik dari kisah sang maestro neo classical guitar ini.

1.Ketabahan dan rasa syukur ketika menerima takdir

Sindrome ALS adalah sebuah penyakit yang melumpuhkan hampir seluruh anggota tubuh. Seseorang yang terserang penyakit ini akan mengalami kelumpuhan pada tingkat yang parah. Jason memang awalnya tidak bisa menerima kenyataan tersebut.  Itu adalah sesuatu hal yang manusiawi. Namun dengan semangat yang tinggi dan jiwa besarnya, ia menghadapinya dengan tabah dan rasa syukur.  “tidak ada waktu untuk marah” itulah semboyan Jason dalam menghadapi semua itu. Ya, hidup yang singkat yang diberikan Tuhan didunia ini sangat berharga. Jangan sia-siakan dengan amarah. Hiasilah dengan rasa syukur.

2.Kegigihan dan pantang menyerah dalam mewujudkan sesuatu

Jason, sebagai gitaris yang karirnya baru saja dipuncak sukses, diumur yang masih sangat belia (19 tahun), harus menerima kenyataan bahwa seluruh tubuhnya lumpuh. Kelumpuhan itu tidak hanya menyerang tangannya yang biasa ia gunakan untuk memetik gitar, namun menyerang seluruh tubuhnya. Tidak ada lagi jari jemarinya lincah menjelajahi leher gitar, dengan sayatan melodi yang menelusuri setiap fret. Jason tercerabut seluruh kemampuannya sebagai gitaris. Tidak hanya itu, Jason pun tercerabut seluruh kemampuannya sebagai manusia normal. Ia hanya dapat menggerakkan matanya. Namun semua itu tidak melunturkan kobaran musik didadanya. Semua itu tidak menghalangi desakan jiwanya untuk terus berkarya.  Jason terus dan terus berusaha melahirkan karya-karyanya. Tidak dapat dilakukan dengan tangan, Jason melakukannya dengan gerakan mata. Ya, dengan gerakan mata.

3.Dukungan keluarga dan teman

Jason dikelilingi oleh keluarga yang sangat mendukung dia. Ibunya Pat Becker yang senantiasa selalu berada disisi Jason. Ibu yang luar biasa ini kembali mengasuh Jason layaknya bayi kecil yang belum dapat melakukan apapun. Namun dengan sabar, sang Ibu terus menerus mengasuh Jason dan tidak hanya itu, sang Ibu pun terus memberikan semangat kepada Jason untuk terus berkarya.

Ayah Jason adalah orang yang hebat. Gery Becker lah yang berjasa membuat kehidupan Jason lebih hidup ditengah kelumpuhannya. Dialah yang membuatkan Jason perangkat computer yang dapat membaca gerakan mata sehingga Jason dapat melakukan hal-hal yang tidak mungkin dilakukan oleh orang yang lumpuh. Bahkan Jason pun dapat menggubah lagu. Dengan alat yang dipasang oleh ayah nya inilah Jason dapat terus berkarya.

Teman-temannya juga merupakan orang-orang yang terus memberi dukungan pada Jason. Baik teman-teman dilingkungannya maupun teman-teman sesama musisi. Bentuk dukungan mereka salah satunya adalah dengan membuat album Tribute untuk Jason.

4.Hidup untuk berkarya

Hidup adalah karya. Manusia akan selalu dikenang bukan dari kondisi fisik lahirnya, namun dari karya-karyanya. Dari apa yang telah ia perbuat untuk dunia. Dari apa yang telah ia persembahkan untuk setiap detik kehidupan yang diberikan Tuhan. Jason adalah orang yang paling menghargai hidupnya. Ia tidak mengisi hidupnya yang terkena musibah itu dengan penyesalan dan tangisan. Namun ia isi setiap detik hidupnya dengan berkarya sehingga hidupnya yang mungkin singkat itu dapat lebih bermakna dan akan dikenang oleh orang-orang yang mencintainya di kemudian hari.

Jason Becker memang sebuah legenda dan inspirasi untuk semua gitaris. Kelumpuhan tidak menghalanginya untuk terus berkarya. Kondisi tubuhnya tidak menghalangi dirinya untuk tetap menciptakan komposisi melodi yang rumit dan indah. Walaupun itu hanya dilakukan dengan gerakan mata. Bagi Jason, ALS hanya melumpuhkan tubuhnya, tapi tidak melumpuhkan pikirannya dan tidak menghentikan langkahnya untuk terus berkarya. Terus berkarya Jason Becker.

Sumber:

www.jasonbeckerguitar.com

www.youtube.com

[caption id="attachment_290121" align="alignnone" width="447" caption="sumber: www.jasonbeckerguitar.com"]

13897074792082989929
13897074792082989929
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun