Ayah
Telah lama ku hirup aroma
Tetesan keringat di dahimu
Telah lama ku tatap lelah perjuangan
Di kedua binar matamu
Tapi ayah tak pernah berkeluh kesah
Banting tulang mencari nafkah
Meski hati kadang bergumam
Lelahkah engkau sebrangi kami
Pada perahu yang menepi di pelabuhan itu
Tlah ku bawa potret engkau dalam diri ini
Raut wajahmu, hatimu, gelagatmu
Juga segala tentang engkau
Terimakasih ayah..
Engkaulah penopang hidupku
Yang memberi segala yang terindah
Sebuah Nama (Ibu)
Untuk sebuah nama
Wanita yang berdiri tegak menantang dunia
Tetap tegar layaknya pohon besar yang diterpa angin
Keringat membasuh peluh di setiap tetes juangmu
Belai cinta menyentuh di pelupuk hati
Mengendap keras, dalam sekali
Menembus tirai-tirai di hatimu
Yang membuka nirwana dunia
Oleh semerbak puspita yang kau cipta
Pada mimpi satu per satu yang bergulir
Mencampakkan keraguan di termaram senja
Kala malam kau terjaga
Lepaskan kerutan di keningmu, damaikanlah..
Karena ku selimuti tubuhmu dengan kasih
Yang ku pamerkan indah di singgasana hati
Ibuku..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H