Mohon tunggu...
Fikri Alif Bhagir (tm)
Fikri Alif Bhagir (tm) Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Tukang Ketik.... Keyboard Warior... just follow @alifbhagir

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ngoprek Linux Lagi

11 Maret 2016   01:35 Diperbarui: 11 Maret 2016   01:43 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lama gak pernah utak atik laptop. Semenjak fokus dengan pekerjaan. Minggu lalu ada waktu luang, dan jadilah kesempatan mencoba linux disto baru yang bertebaran.

Untuk Distro yang papan atas, seperti Debian, Linux Mint, Ubuntu.. sepertinya sudah bosan.

Karena memang ingin mencari suasana yang baru, maka dicarilah distro lain.

Pilihan akhirnya jatuh pada Mageia, Open Mandriva, Tails dan Arch Linux.

Dengan sabar menunggu selesai download file ISO dari mirror terdekat.

Setelah selesai downloadnya, langsung aktifkan VirtualBox.

Dari empat distro yang dicoba, tantangan terberat adalah ketika menginstall Arch Linux. Secara teknik instalasinya sangat berbeda dengan distro yang lain. Dan juga sistem  package softwarenya yang berbeda.

Setelah install, baca info yang ditampilkan ternyata ada komunitas Mageia user di Indonesia, dan bergabunglah saya ke komunitas Mageia user Indonesia.

Untuk melakukan pekerjaan sehari-hari, sebenarnya menggunakan linux sudah sangat nyaman. Apalagi jika pekerjaannya tidak membutuhkan software khusus, walaupun sebagian besar software yang digunakan di Windows sudah ada yang sama fungsinya di Linux.

Belum berani untuk pasang dual boot di laptop. Beraninya lewat Virtualbox saja.. itupun juga sudah sangat senang dan berbahagia bisa mengoprek linux.

Setiap kali ngoprek linux kadang waktu sangat tak terasa, mulai selepas maghrib  tanpa sadar tengah malam menjelang. :)

Saat ini saya sedang senang menggunakan desktop manager KDE. Secara gnome sudah sering dipake di linuxmint, ubuntu. Dulu KDE gak dipilih dengan alasan banyak bug dan berat untuk laptop dengan hardware yang pas-pasan. Tapi memang sekarang KDE sudah menjadi semakin baik bila dibandingkan saat awal-awal saya pake linux dengan KDE.

Semoga  Semangat Open Source tetap menyala dan menjadi gaya hidup para insan IT di Indonesia :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun