Mohon tunggu...
Jaka Sindu TREK BOLA
Jaka Sindu TREK BOLA Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati dan pecinta sepak bola

Pemerhati dan pecinta sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Berada di Grup Neraka, Mampukah STY Mengubah Sejarah, Lolos Olimpiade?

15 April 2024   14:53 Diperbarui: 15 April 2024   14:53 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemain-pemain yang tampil di Olimpiade Melbourne, adalah 18 pemain yang di-scouting oleh Toni dari seluruh Indonesia, dan lahirlah legenda seperti Ramang, Maulwi Saelan , dan Tan Liong How.

Dua puluh tahun kemudian (1976), Indonesia hampir saja merengkuh tiket Olimpiade.

Saya beruntung dapat menjadi saksi saat itu. Umur saya 12 tahun, sekitar kelas 5 SD,  Bapak kala itu dengan radio transistor kotak,  tanggal 26 Februari  1976, mengajakku mendengarkan siaran pandangan mata RRI antara Indonesia vs Korea Utara, untuk menentukan kelolosan ke Olmpiade Montreal.

Sumber: Panditfootball.com
Sumber: Panditfootball.com

Indonesia lagi-lagi beruntung karena China Taipei mengundurkan diri, sehingga pada pertandingan final di stadion Gelora Bung Karno dapat menghadapi Korea Utara.

Stadion begitu bergemuruh, karena dipadati 120 ribu penonton. Pelatihnya kala itu Wiel Coerver, seorang Guru Besar Teknik sepak bola asal Belanda.

Teknik  Roullete, step  over, mastery football ada sejak bukunya terbit tahun 70-an, bahkan saat ini banyak dikuasai pemain dunia. Zidane dan Ronaldo adalah pewaris Roulette dan step over dan masih banyak pemain lain yang menguasai.

Sewaktu saya melatih anak-anak di SSB IM Purwokerto, saya mengajarkan teknik tersebut, dan Coerver Method menjadi landasannya. Sampai saat ini Coerver Method banyak digunakan di negara-negara maju sepak bolanya seperti Jepang untuk melatih  sepak bola akar rumput.

Indonesia tampil dengan pemain-pemain berbakat langka, seperti duo sayap Iswadi Idris-Waskito, Risdianto  Center Voor sebutan untuk penyerang tengah atau striker kala itu, Anjas Asmara, Stopper Oyong Liza, dan Suaeb Rizal. Coerver juga menampilkan pemain berusia 16 tahun asal Padang Suhatman Iman.

Sayang  jalan itu mengkandaskan mimpi Indonesia tampil di Olimpiade untuk kedua kalinya di Montreal. Indonesia bermain 120 menit, dan kalah melalui adu penalti. Di lima tendangan pertama Indonesia sempat unggul  3-2, tetapi tendangan terakhir Oyong liza ditepis oleh Jin In Chol kiper Korea Utara. Pada babak suddendeath, sayang sekali Suaeb Rizal gagal menceploskan bola ke gawang Korea Utara.

Momen itu seperti menjadi akhir kejayaan sepak bola Indonesia di Asia. 40 tahun sejak peristiwa itu, Indoesia seperti kesulitan lolos pertandingan pra-olimpiade, seringkali rontok di babak-babak awal. Penyebabnya tentu sangat rumit dijelaskan karena berbagai persoalan yang menimpa organisasi sepak bola ndonesia yaitu PSSI. Terlambat profesional karena persoalan ekonomi, kemajuan negara-negara sepak bola lain di Asia yang tidak disadari Indonesia, kasus suap, dan masalah politik, dan korupsi di sepak bola Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun