Mohon tunggu...
Jaka Sindu TREK BOLA
Jaka Sindu TREK BOLA Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati dan pecinta sepak bola

Pemerhati dan pecinta sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Debut Jay Idzes Sukses, Terkuak Kendala Pemain Naturalisasi

22 Maret 2024   10:10 Diperbarui: 22 Maret 2024   10:11 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menampilkan Jay Idzes dengan waktu adaptasi yang pendek sebenarnya adalah perjudian yang berat buat pelatih. Pasalnya Jay Idzes adalah bek sentral. Jika Jay gagal beradaptasi dapat berakibat fatal buat pertahanan Indonesia, apalagi lawannya Vietnam, yang memiliki permainan yang efektif dalam mencetak goal.

STY sebenarnya harus  berjudi, dengan absennya Jordy Amat, dan Elkan Baggot, dengan menempatkan Jay Idzes di bek sentral.

Beruntung Jay Idzes mampu cepat beradaptasi dan bermain sangat baik. Seperti saya tulis di tulisan saya sebelumnya, kelemahan Idzes adalah dalam membuang bola dan permainan semalam buangan bolanya minim kesalahan yang mengarah ke blunder.

Jay Idzes bahkan memiliki keberanian untuk membantu serangan, dan hampir saja sontekan bolanya berbuah gol. Jay juga mampu membuat penyerang Vietnam frustasi, dan memenangkan duel satu lawan satu dengan elegan.

Nathan kurang sukses

Debut yang dialami Nathan Tjoe-A-On, tidak semulus Idzes. Bermain di wing kiri, menggantikan Arhan Nathan masih Nampak canggung, sudah begitu penampilan Nathan mampu diperkirakan Troussier, dengan memberikan penjagaan yang ketat.

Penampilan Nathan dirasa wajar, karena durasi adaptasinya yang pendek, hanya efektif 2 hari berlatih bersama dengan tim. Nathan belum mampu menunjukkan kecepatan, dan kecerdasan bermainnya seperti di Hareveen Belanda.

Kendala Naturalisasi terkuak

Secara keseluruhan penampilan timnas menurun, dibandingkankan saat Piala Asia. Hal ini ada beberapa kemungkinan, yang bisa menjadi bahan evaluasi  Shin Tae Yong dan PSSI.

Yang pertama waktu persiapan yang sangat mepet, nyaris hanya 2 hari yang efektif menyebabkan pemulihan fisik tidak tercapai. Rata-rata pemain tidak dalam performa fisik 100 persen.

Seringkali pemain terlambat melakukan retreat menghadapi transisi serangan balik cepat yang dilakukan Vietnam. Jumlah pemain belakang terlihat lebih sedikit dibanding pemain Vietnam.

Beruntung penyerang-penyerang Vietnam tak mampu memanfaatkan ini.

Kendala fisik yang belum pulih juga membuat pemain nampak berat dan lambat bergerak, sehingga permainan pendek dan cepat seringkali dapat di-intersep, dan dipatahkan oleh Vietnam. Lapangan tengah seringkali kosong, saat diserang.

Kendala kedua tentu saja absennya Jordy Amat, Baggot, dan Asnawi sangat berimbas pada keseimbangan serangan kanan dan kiri, serangan jadi terpusat ke kiri dan mudah terbaca lawan, karena ketiadaan Asnawi Mangkualam. Meski Jay Idzes bermain bagus, tetapi Jordi Amat lebih mampu membaca permainan karakter tim Indonesia, sehingga aliran bola lancar.

Yang ketiga adalah kendala pemain naturalisasi. Bukan masalah kualitas, perjalanan yang jauh selama 18 jam menjadi masalah tersendiri suatu saat nanti. Klub-klub di Eropa terlalu mempet melepas pemain untuk berangkat ke Indonesia sehingga waktu persiapan yang pendek, sangat kesulitan untuk memulihkan kondisi fisik pada performa yang optimal.

Pemain Eropa perlu recovery, adaptasi cuaca dan taktikal yang lebih lama, setelah perjalanan dari Eropa. Kondisi ini tidak hanya dialami oleh Indonesia.

Jepang dan Korea yang pemainnya kebanyakan main di Eropa, saat tampil di Piala Asia, nampak fisiknya juga kurang optimal meskipun mereka dalam standar fisik yang tinggi di klub primer.  Song Hyu Mien, meski ditutup-tutupi dengan semangat, terlihat sangat kelelahan saat membela Korea.

Selama ini mungkin tidak terpikirkan bahwa pemain naturalisasi akan mengalami hal ini. TC yang lebih lama yang diminta STY, minimal 2 minggu, agak sulit diterapkan oleh klub-klub Eropa.

Bagaimana solusi dengan terkuaknya masalah ini ?

Standar fisik klub Liga 1 harus ditingkatkan, sehingga kedalaman  skuad pemain dalam negeri bisa lebih banyak. Jika ini  terjadi terus, pemain yang bermain di Eropa tidak mencapai fisik yang optimal, karena perjalanan jauh dan pendeknya recovery.

Shin Tae Yong tentu tidak bisa selalu mengandalkan pemain abroad ini, tetapi menebalkan skuad lokal seperti yang diinginkan Direktur Teknik Indra Safri. Keluhan Shin Tae Yong bukanlah mengada-ada standar kompetisi Liga 1 harus diperbaiki, terutama standar fisik.

Taktik Shin Tae Yong saat lawan Vietnam

Dok. PSSI
Dok. PSSI

Dengan beberapa pemain yang cedera, STY melakukan perubahan formasi dengan menempatkan Jay idzes di Center Back di antara Rizky Ridho dan Justin Hubner. Trio lapangan tengah dipercayakan kepada Ivar Jenner sebagai gelandang jangkar, Marcelino Ferdinand sebagai breaker gelandang serang.

STY menempatkan Yacob Sayuri dan Witan sebagai Wing Back. Penempatan Nathan sebagai wing kiri, dan Rafael Struik di Kanan, menyebabkan ia harus menurunkan striker muda Hoki Caraka untuk merusak  fisik pemain belakang Vietnam.

Peran Hoki memang  tidak signifikan, tetapi STY ingin Hoki jadi pemain di pertahanan depan, termasuk yang dperankan Witan untuk memutus build up pemain Vietnam. STY tidak mau kebobolan di babak pertama, tetapi ia harus merelakan tak mampu mencetak gol.

Strategi babak kedua dengan memasukkan Egy, Arhan, dan Sandy Walsh, dengan mengganti Hoki, Yacob, dan Nathan. STY ingin pemain melakukan skema serangan dengan banyak sentuhan dan cepat. Serangan memang menjadi lebih baik, dan membuahkan gol pada menit ke-52.

Sayangnya, karena kendala fisik yang tidak optimal, serangan, tidak disusun dari belakang,  tengah, dan ke depan, tapi dari belakang langsung long passing ke-depan. Ini tentu menyebabkan lapangan tengah sering kosong. Beruntung kinerja pertahanan yang digalang Jay Idzes, Hubner,  dan Sandy Walsh bekerja dengan baik, sehingga penyerang-penyerang Vietnam tak mampu membalas gol Egy Maulana Vikri.

Bagaimana pada Leg Kedua ?

Leg kedua tentu akan lebih berat, karena timnas akan bertandang di Vietnam (tanggal 26 Maret 2024). Mereka terkenal ganas dan keras jika bermain di kendang ditopang penonton Vietnam yang fanatik.

Keuntungannya mungkin fisik akan lebih baik, karena tim ini tidak dibubarkan tapi melanjutkan persiapan untuk pertandingan kedua.

Keuntungan lainnya adalah, Tom Haye, dan Ragnar Oratmangun kemungkinan bisa masuk dalam taktikal STY, setelah proses perpindahan federasinya rampung.

Vietnam juga bukannya tanpa beban, mereka tentu memiliki beban yang lebih berat, karena dua kali pertemuan dengan Indonesia menelan kekalahan. Tekanan mental ini bisa menjadi hal yang positif bagi timnas untuk bermain lebih berani dan lugas untuk memenangkan pertandingan, danmembukan peluang lolos ke babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun