Seringkali pemain terlambat melakukan retreat menghadapi transisi serangan balik cepat yang dilakukan Vietnam. Jumlah pemain belakang terlihat lebih sedikit dibanding pemain Vietnam.
Beruntung penyerang-penyerang Vietnam tak mampu memanfaatkan ini.
Kendala fisik yang belum pulih juga membuat pemain nampak berat dan lambat bergerak, sehingga permainan pendek dan cepat seringkali dapat di-intersep, dan dipatahkan oleh Vietnam. Lapangan tengah seringkali kosong, saat diserang.
Kendala kedua tentu saja absennya Jordy Amat, Baggot, dan Asnawi sangat berimbas pada keseimbangan serangan kanan dan kiri, serangan jadi terpusat ke kiri dan mudah terbaca lawan, karena ketiadaan Asnawi Mangkualam. Meski Jay Idzes bermain bagus, tetapi Jordi Amat lebih mampu membaca permainan karakter tim Indonesia, sehingga aliran bola lancar.
Yang ketiga adalah kendala pemain naturalisasi. Bukan masalah kualitas, perjalanan yang jauh selama 18 jam menjadi masalah tersendiri suatu saat nanti. Klub-klub di Eropa terlalu mempet melepas pemain untuk berangkat ke Indonesia sehingga waktu persiapan yang pendek, sangat kesulitan untuk memulihkan kondisi fisik pada performa yang optimal.
Pemain Eropa perlu recovery, adaptasi cuaca dan taktikal yang lebih lama, setelah perjalanan dari Eropa. Kondisi ini tidak hanya dialami oleh Indonesia.
Jepang dan Korea yang pemainnya kebanyakan main di Eropa, saat tampil di Piala Asia, nampak fisiknya juga kurang optimal meskipun mereka dalam standar fisik yang tinggi di klub primer. Â Song Hyu Mien, meski ditutup-tutupi dengan semangat, terlihat sangat kelelahan saat membela Korea.
Selama ini mungkin tidak terpikirkan bahwa pemain naturalisasi akan mengalami hal ini. TC yang lebih lama yang diminta STY, minimal 2 minggu, agak sulit diterapkan oleh klub-klub Eropa.
Bagaimana solusi dengan terkuaknya masalah ini ?
Standar fisik klub Liga 1 harus ditingkatkan, sehingga kedalaman  skuad pemain dalam negeri bisa lebih banyak. Jika ini  terjadi terus, pemain yang bermain di Eropa tidak mencapai fisik yang optimal, karena perjalanan jauh dan pendeknya recovery.
Shin Tae Yong tentu tidak bisa selalu mengandalkan pemain abroad ini, tetapi menebalkan skuad lokal seperti yang diinginkan Direktur Teknik Indra Safri. Keluhan Shin Tae Yong bukanlah mengada-ada standar kompetisi Liga 1 harus diperbaiki, terutama standar fisik.