Mohon tunggu...
Jakariya 07
Jakariya 07 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya bermain futsal, sepak bola, dan games

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dampak Perang Antara Rusia dan Ukraina Terhadap Ekonomi Eroupa Lebih Besar daripada Covid-19"

28 Juni 2023   19:50 Diperbarui: 28 Juni 2023   19:55 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ekonom mengakui bahwa perubahan ekonomi Eropa dan global meningkatkan tekanan pada bank sentral dan pemerintah, yang berjuang untuk menahan inflasi dalam hal kesinambungan fiskal.

Grup perbankan Prancis BNP Paribas menilai dalam sebuah pernyataan bahwa pengurangan emisi karbon yang lebih cepat, peningkatan belanja publik dan utang, tantangan globalisasi dan tekanan inflasi yang lebih tinggi adalah masalah jangka panjang di zona euro. Ini telah menciptakan lingkungan yang lebih sulit bagi bank sentral untuk mengikuti kebijakan mereka dan menjaga inflasi pada tingkat target, yang tidak hanya melemahkan kemampuan mereka untuk berkomitmen pada jalur kebijakan tertentu tetapi juga membuat kesalahan kebijakan lebih mungkin terjadi," kata Spyros Andreopoulos, Ekonom senior Eropa. di BNP Paribas.Dia juga menunjukkan bahwa menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi pada akhirnya akan mempersulit otoritas pajak.

"Meskipun ini bukan masalah langsung, paling tidak karena pemerintah cenderung memperpanjang umur rata-rata utang mereka di tahun berbunga rendah, tingkat suku bunga yang lebih tinggi juga dapat mengubah perhitungan fiskal. Pada akhirnya, masalah kesinambungan utang dapat muncul kembali," Andreopoulos katanya. Perang antara Rusia dan Ukraina mengancam pemulihan ekonomi Indonesia yang saat ini masih rapuh akibat dampak pandemi Covid-19. 

Tekanan terhadap Indonesia semakin meningkat karena Indonesia juga akan menjadi ketua konferensi G20 pada tahun 2022.
Hal itu disampaikan Yose Rizal Damuri, direktur eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS).

Rusia adalah pemasok utama barang untuk ekonomi global karena merupakan pengekspor minyak terbesar keempat di dunia, dengan nilai ekspor rata-rata 7,4 juta barel per hari. Ukraina juga merupakan pengekspor gandum utama di seluruh dunia. Itulah mengapa konflik antar negara berdampak besar pada perekonomian dunia, terutama di sektor bahan mentah dan energi.

Itulah mengapa konflik antar negara berdampak besar pada perekonomian dunia, terutama di sektor bahan mentah dan energi.
Ia menambahkan, OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat satu persen karena konflik ini.

Angka ini sangat tinggi karena pertumbuhan ekonomi global belum sepenuhnya pulih. Pengaruh terhadap inflasi juga tidak sedikit. Padahal, saat ini inflasi sudah tinggi akibat terganggunya pasokan komoditas selama pandemi. Serangan Rusia kemungkinan akan mendongkrak inflasi, terutama di negara-negara konsumen energi seperti Indonesia. Bagi Indonesia, dampak langsung konflik Rusia-Ukraina sebenarnya tidak terlalu signifikan, karena kedua negara ini bukan mitra dagang utama kita, ujarnya. Rizal Damuri Namun, Indonesia harus mengambil langkah proaktif karena kita mengimpor gandum dan bahan pangan lainnya dari kedua negara tersebut. Yang pasti, konflik antar negara berdampak pada rantai pasok bahan baku ke dalam negeri.

"Efek tidak langsung yang ditimbulkan dari dampak konflik terhadap perekonomian negara-negara Uni Eropa (UE) dan negara-negara lain yang menjadi mitra dagang utama Indonesia. Efek tidak langsung ini tidak selalu negatif, karena dengan merusak hubungan dagang antara Rusia dengan negara lain, kita bisa meraup keuntungan tak terduga dari perpindahan kegiatan ekonomi ke Indonesia. Misalnya, produk CPO (Crude Palm Oil) asal Indonesia berada di urutan teratas. Yang penting sekarang adalah bagaimana kita menghadapinya agar efek negatif dan positifnya seimbang," kata Yose.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun