Dilantiknya Jokowi sebagai Presiden ke-7 tidak bisa dipungkiri merupakan 'babak' baru bagi bangsa dan negara Indonesia. Suasana hingar bingar tercermin disemua media, disegala penjuru, disemua pelosok, sampai di pojok-pojok desa. Seakan menjadi "harapan tunggal' akan lahirnya Indonesia lebih baik, sebagai kontrareaksi atas ketidakpuasan rakyat masa sebelumnya. Jokowi muncul bak penyelamat yang seakan mampu mengatasi semua masalah (begitu harapan sebagian orang). Jokowi dielukan sebagai wujud sempurnanya demokrasi di Indonesia, yang selama 69 tahun tertatih-tatih mencari format kenegaraan dan keterwakilan yang ideal. Jokowi menjadi KPI (Key Performanc Indicator) bagi perjananan sebuah negara bernama Indonesia.
Benarkah Jokowi bisa dipandang sebagai simbul 'telah sempurnanya demokrasi Indonesia?"
Dari celotehan teman, Jokowi justru dikeluhkan sebagai ' kegagalan total kaderisasi' di negara demokrasi Indonesia...lho kenapa??? pasti kita terhenyak dan menentang pendapat terseut. Tapi coba sabar sedikit, apa maksud temen tersebut?
Coba bayangkan, dulu berpuluh bahkan beratus-ratus mahasiswa aktif dalam organisasi sampai pergerakan demokrasi, sampai harus menginap di provost, bakin, kantor polisi, dll. Ternyata tidak ada satupun aktivis tersebutyang cukup berwibawa dan kredibel menjadi pemimpn bangsa yang disukai rakyat. Jokowi tidak haru berpelu keringat bahkan darah sebagai aktivis untuk menjadi kepercayaan rakyat.
Berpuluh-beratus-bahkan beribu birokrat yang meniti mulai staf honorer sampai eselon satu (dirjen) tak ada yang pantas di mata rakyat menjadi pemimpin negeri ini. Jokowi tah harus merambat dari staf sampai birokrat papan atas.
Berpuluh-beratus-berribu Jendral TNI/Polisi yang menitih dari perwira paling bawah...sat satupun yang pantas dimata rakyat jadi pemimpoin negeriini. Jokowi tak harus melalui semua itu.
Berribu-berpuluh ribu-berjuta ornag partai yang merintis dari anggota percobaan sampai Ketua Umum Partai tidk ada yang pantas dimata rakyat. Jokowi tak harus melalui tahapan itu.
Berribu Prof/DR yang merntins dari mahasiswa sampai karir tertnggi pendidikan tak ada yang layak dimata rakyat untuk jadi Pimpinan Tertinggi Negeri ini. Jokowi tak harus elalui semua itu.
Jadi dari karir aktivis, birokrat,TNI-Polri, Pendidik bahkan Pimpinan partai, tak ada yang bisa menyakinkan rakyat. Bahkan dari kalangan Pengusaha besar sekalipuan (catatan: jokowi baru level pengusaha menengah).
Jadi kenapa semua jalur yang penuh tahapan, liku-liku, energi, dan dinamika tidka bisa menghasilkan pimpinan yang kredibel didepan rakyat?
Jadi....apakah semua institusi itu gagal melahirkan pemimpin?
Sekilas benar juga alasan teman tersebut, bahwa Jokowi lahir dan muncul tidak mewakili semua jalur 'formal' kader pemimpn bang sa tersebut.
Saya mengerti, kalau ada yang bilang "jokowi sebagai simbul sempurnanya demokrasi Indonesia'..tapi bisa diterima juga kalau ada yang bilang " Jokowi simbul kegagalan total dalam kaderisasi bangsa".
Selamat direnungkan..
Jaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H