Sedangkan sekarang dia hanyalah salah satu elite dari Partai Golkar. Tapi, karena kelihaian berpolitiknya Wapres JK dan kelompoknya masih mendapatkan banyak kekuasaaan dalam eksekutif. Melihat, kelemahan tersebut, politisi PDIP merasa bahwa tidaklah terlalu sulit untuk menggusur kelompok Wapres JK melalui kekuatan DPR.
Presiden Jokowi juga tampak semakin ingin memperbesar Koalisi Pendukung Pemerintah. Setelah bergabungnya PAN dan dibukanya komunikasi politik dengan PKS . Tampaknya, Koalisi Pendukung Pemerintah akan semakin gemuk.
Wacana oposisi permanen dalam Koalisi Merah Putih tampak hanya mimpi di siang bolong. Karena, dengan terus menjadi oposisi mereka tidak akan mendapatkan kekuasaan di eksekutif. Ujungnya, kantong pribadi dan partai akan terus menipis.
Tentunya, dengan semakin besarnya Koalisi Pendukung Pemerintah pembagian kekuasaan juga harus semakin merata. Dampaknya, reshuffle jilid II tidak bisa dihindari. Tentunya, reshuffle tersebut harus memuaskan semua pihak. Sebab bila tidak, gonjang-ganjing politik akan terus terjadi.
Memang, tujuan dari berpolitik adalah untuk merebut kekuasaan. Sayangnya, kekuasaan hanya digunakan untuk mensejahterakan diri sendiri, partai atau kelompok, bukan untuk mensejahterakan rakyat.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI