Mohon tunggu...
Franko Sitanggang
Franko Sitanggang Mohon Tunggu... -

Mantan Wakil Ketua RT

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ekonomi Gagal Meroket, Pengangguran yang Meroket

8 November 2015   06:09 Diperbarui: 8 November 2015   06:09 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Keyakinan Presiden Jokowi pertumbuhan ekonomi akan meroket di bulan September tidak menjadi kenyataan. Pertumbuhan ekonomi di kuartal III tahun ini hanya mencapai 4,73%. Dibandingkan kuartal II pertumbuhan hanya naik 0,05%. Dengan pertumbuhan kuartal per kuartal sekecil itu, bisa dibilang kuartal III tahun ini ekonomi kita stagnan. Bahkan kalau dibandingan kuartal III tahun sebelumnya, pertumbuhan turun 0,19%!

Keyakinan pemerintah bahwa belanja negara dapat mendorong pertumbuhan ternyata tidak menjadi kenyataan. Pemerintah seakan menutup mata bahwa faktor utama pertumbuhan adalah konsumsi masyarakat, bukan belanja pemerintah.

Celakanya, konsumsi masyarakat di triwulan III tahun ini justru mengalami penurunan. Untungnya investasi mengalami kenaikan. Dengan demikian penurunan konsumsi masyarakat dapat ditutupi oleh kenaikan investasi dan belanja pemerintah.

Ironisnya, naiknya investasi bukan dari negara idola pemerintah sekarang, Cina. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi langsung dalam triwulan III tahun ini justru darinegara-negara tergabung dalam Trans Pacifik Partneship (TPP). Seperti, Singapura, Jepang dan dan Malaysia.

Menurunnya konsumsi masyarakat karena persepsi masyarakat terhadap kepastian ekonomi masa depan memang muram. Usaha pemerintah untuk menaikkan persepsi ekonomi dengan mengeluarkan berbagai macam paket-paket kebijakan ekonomi ternyata tidak berhasil.

Turunnya daya beli masyarakat sebenarnya juga terlihat dari deflasi dalam dua bulan terakhir. Lucunya, pemerintah menganggap rendahnya inflasi periode Januari-Oktober 2015 sebagai keberhasilan. Padahal, rendahnya inflasi disebabkan ada masalah dalam permintaan barang bukan karena keberhasilan pemerintah memperlancar pasokan barang.

Stagnannya ekonom dalam triwulan III membuat mimpi pemerintah ekonomi akan tumbuh 5,7% tahun ini lenyap. Untuk membuat ekonomi tahun ini tumbuh 5% saja mustahil. Ucapan Jokowi bahwa mulai September 2015 ekonomi akan melesat laksana roket ternyata malah anjlok.

Seperti biasa, pemerintah dan Bank Indonesia selalu memberikan harapan bahwa pertumbuhan akan membaik di kuartal IV dan tahun depan akan kian kinclong. Sayangnya, pemerintah lupa, harapan seperti itu telah diobral sejak lama dan realisasinya selalau jauh dari harapan.

Dari sisi pertumbuhan per sektor, data pertumbuhan triwulan III juga semakin membuat kita sedih. Bagaimana tidak, pertumbuhan sektor manufaktur terus merosot. Padahal sektor ini merupakan pemberi nilai tambah sangat penting terhadap komoditas kita. Selain itu, penyerapan tenaga kerja sektor ini besar.

Akibat melemahnya sektor manufaktur, serapan tenaga kerja dari pertumbuhan ekonomi semakin rendah. Artinya, kualitas pertumbuhan semakin lama semakin menurun. Berdasarkan data BPS, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) bulan Agustus 2015 sebesar 6,18%. Padahal, bulan Februari TPT berada di 5,81%. Ini berarti dalam enam bulan jumlah pengangguran meroket 110.000 jiwa.

Bila pemerintahan Jokowi gagal meroketkan pertumbuhan dan kualitasnya, dipastikan jumlah pengangguran bakal makin meroket. Sayangnya, usaha pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan melalui paket-paket kebijakannya sampai sekarang tidak jelas pelaksanaannya, membuat pasar uang dan modal tetap tak menentu. 

*)Sumber tulisan

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun