Mohon tunggu...
Jajlife
Jajlife Mohon Tunggu... pelajar -

Setidaknya terdapat "bukti" bahwa aku pernah hidup.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Merenung Tanpa Raungan

11 September 2015   15:20 Diperbarui: 11 September 2015   15:20 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Secercah sinar menetas di ufuk Timur
Embun menyucuk di ujung dedaunan
Angin menyapa, menyapu gulita
Burung bernyanyi menyahut dunia
Ku masih termenung di balik jendela
Menyeka lembabnya embun pada sebilah kaca

Sembari berpikir masa penghujung
Menata mimpi dalam gelap
Melebur beban dalam khayalan
Menghibur diri dengan harapan

Ku kutip segala duka
Ku teriakan dalam nada per birama
Setidaknya, lebih indah dari sekedar menangis
Lebih berirama daripada meraung

Karena takkan pernah ada yang mengerti
Hanya gelap yang memahami artinya sinar
Hanya terik mentari yang memahami artinya hujan

#Jajlife

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun