Pagi masih buta seolah berlomba dengan siayam jantan berkokok
Dia pun bergegas  menerabas kabut yang masih berselimut
Keranjang lusuh yang jadi sahabat setia menemani hari
Walau kadang beban berat tak terperi, dia tetap menyusuri
Jalan setapak terpaku membisu, seolah menahan pilu
Dia tetap menyusuri gang-gang sempit yang seakan menghimpit
Dibalik pintu wajah-wajah manis namun terkadang sinis berharap cemas
Dia tetap tegar dan sabar melayani walau terkadang dicaci
Dari pintu ke pintu dia berlalu, Â berharap sang waktu membawa laku
Langkah demi langkah kian menjauh, dia tetap menyusuri
Keranjang lusuh sang teman sejati menghibur diri
Memberi harapan diujung sana  ada yang menanti
Keranjang lusuh kini bisa sedikit berseri, tat kala pundi-pundi datang mengganti
Dia tetap tegar berdiri, meski yang ditemui kadang tidak memahami
Berat beban yang dipikul kini terobati  keranjang lusuh membawa pundi
Kini dia dapat Kembali membawa harapan untuk sang buah hati
Keranjang lusuh sang teman sejati kini berkisah melepas Lelah
Berharap esok sang mentari datang bersinar
Dia dan sang buah hati dapat menyambut pagi dengan mata berbinar.
Kepada Tuhan mereka bersyukur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H