Catatan Ikat Rambut Art Exhibition SMSR Yogyakarta
Di lokasi Pameran Seni Preeet #2 Personal Effect gallery Tembi Rumah Budaya Yogyakarta yang di gelar sampai tanggal 7 April 2018 kami bertemu berbincang pengalaman dalam menyelenggarakan pameran bersama, Senin 2 April 2018 . Berbagi cerita dari anak muda yang bersama-sama memperjuangkan terwujudnya sebuah pameran seni rupa. Ikat Rambut Art Exhibition Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR, angkatan 2017-2020), 27-29 Maret 2018 di Gallery SMSR Yogyakarta.
Akmal (15) kelas X SMSR, Disain Komunikasi Visual (DKV) yang akrab dipanggil Komeng oleh segenap kawan-kawannya merupakan ketua Pameran Ikat Rambut didampingi wakilnya dan beberapa kawannya, mengatakan, "Pokoknya piye carane (bagaimana caranya) pameran kudu sukses, kita harus totalitas, punya nyali yang kuat, punya tujuan dan serius," katanya.
Pelajaran berharga dari anak-anak sekolah seni rupa bagi seniman yang 'galon' menghadapi situasi dan kodisi seni rupa kini. Keberhasilan itu bukan hanya meraup uang karena karyanya dibeli kolektor tapi mereka mampu menunjukkan eksistensinya dengan cemerlang, menundukkan berbagai rintangan dan kendala akhirnya dapat menggelar apa yang diinginkannya pameran Ikat Rambut Art Exhibition. Bukankah selalu saja kita mengawali, sebelum benar-benar berhasil.
Kebahagiaan, kepuasan adalah keberhasilan yang sulit disandingkan dengan materi. Memupuk rasa percaya diri dan menjadikan semakin percaya diri diharapkan menjadi modal dasar dalam meraih prestasi yang lebih baik.
Menurut Komeng ada 170 karya yang dipamerkan di Gallery SMSR itu yang terdiri dari karya Kriya Keramik, Kriya Tekstil, Kriya Kayu, DKV, Patung, dan Lukis, "Paling banyak karya lukis 100 karya, dan kedua Tekstil 20 karya," ungkapnya.
Beberapa siswa yang mengikuti pameran Ikat Rambut ini ada Edi Priyanto, Gesito, Rere, Anton, Budi, belajar pada Sukri Budi Dharma, Dadang Imawan, dan Riki Antoni yang notabene seniman Preeet dan tergabung di Diffcom (Diffable and Community Yogyakarta).
"Petamanya banyak sekali yang menyepelekan, sepertinya tidak memberi kesempatan. Untung ada Pak Anto yang menjadi penanggung jawab pameran," kata Edi yang juga aktivis Diffcom.*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H