Mohon tunggu...
jaja jamaludin
jaja jamaludin Mohon Tunggu... Penulis - Dosen di Universitas Bosowa

Sebagai praktisi pendidikan di Universitas Bosowa yang fokus pada pendidikan sains, fisika terapan, green technology, green energy serta agriculture. Selain itu menaruh minat pada soal-soal social, politic dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tuhan dan Tata Nilai dalam Kurikulum 2013

28 Mei 2013   17:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:53 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

oleh

Jaja Jamaludin, S.Pd. M.Si.

Praktisi Pendidikan pada BOSOWA International Boarding School

Membaca konsep kurikulum 2013 mengingatkan penulis pada 14 tahun yang lalu mana kala mewacanakan pendidikan Sains berbasis Tatanilai.  Jika ditelaah dari struktur dan design filosofis kurikulum 2013 terutama pada ultimate goalnya yaitu pada Kompetensi Inti, kurikulum ini akan memberikan harapan besar. Misalnya, disebutkan  Kompetensi inti (ke -1) misalnya, Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. selanjutnya, pada kompetensi inti ke-2 dituliskan Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Sementara pada domain ke-3 dari Kompetensi Inti diantanya : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Pada bagian ke-4 dari kompetensi inti disebutkan Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Kurukulum Idealis atau Utopis?

Sampai disini kita patut kagum dengan kurikulum 2013 ini. Boleh jadi, Kurikulum ini  kita sebut sebagai konsep kurikulum yang memiliki keinginan yang ideal. Mungkin juga kurikulum ini mengesankan konsep kurikulum yang memiliki pandangan sekaligus kesadaran atas pentingnya refleksi atas Nilai-nilai pembentuk karakter dan  nilai-nilai religiusitas. Tapi juga boleh jadi kurikulum ini akan terkesan utopis dan tentu saja tidak realistic. Kemungkin utopis dan tidak realistic ini manakala kurikulum ini  jika hanya berhenti pada upaya mengkontruksi bangunan kurikulum an sich dan tidak secara tuntas serta utuh mengikhtiarkan prakondisi dan daya dukung secara komprehensip dalam tataran implementasinya. Diperlukan kontinuitas konsistensi serta focus  kebijakan pada tataran preparation untuk implementasi secara massif.

Sejumlah suprastruktur pendidikan dan suprasturktur pembelajaran di dalam kelas sebagai medium tumbuhkembangnya kurikulum 2013 ini tentu mutlak dipersiapkan. Sebagai contoh, bagaimana seluruh praktisi pendidikan memiliki pengetahuan---terutama para guru di sekolah-sekolah---memahami atas dasar paradigm apa kurikulum ini di bangun. Selain itu para parktisi pendidikan terutama guru harus sangat cermat dan akurat dalam menjabarkan sejumlah kompetensi dasar dari setiap konten pembelajaran dengan berpegang pada paradigma kurikulum ini. Jika ini saja tidak cukup untuk dispersiapkan secara dini dan massif maka boleh jadi kurikulum ini pada tataran implementasinya akan mengalami resistensi alamiah yang bersumber dari ketidakpahaman atas konsep dasar serta paradigma yang dianut oleh kurikulum 2013 ini. Pada gilirannya kurikulum ini akan menemukan titik nadir kenistaanya yakni kurikulum yang quovadis.

Perspektif Filosofis

Seandainaya para guru dan para praktisi pendidikan sangat kuat  memahami bagaimana secara filosofis keilmuan itu di bangun, penulis mengatakan bahwa  falsafah dan paradigm kurikulum 2013 ini tidak akan sulit diimplemetasikan. Sebaliknya jika pemahaman guru sebagai implementator kurkulum dan bahkan sejatinya adalah pemgembang kerikulum tidak  memadai tentang wawasan falsafah keilmuan bagaimana sebuah ilmu dan pengetahun itu dibangun tentu menjadi sangat pesimisti Sebab, jika menggunakan perspektif domain filosofis yakni mencerminkan kompetensi Inti ke-1, ke-2, ke-3 dan ke-4 kedalam domain filosofi keilmuan yakni ontologis, epistemologis dan aksiologis, maka akan lebih mudah mencermati dan mengimplementasikan kurikulum ini. Meskipun tidak cukup simple atau sederhana. Dengan begitu, akan cukup mudah pula para guru mengimplementasikan dan mengembangkan kurikulum ini baik di dalam kelas maupun di lingkungannya sebagai sumber belajar dan sumber ilmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun