Mohon tunggu...
Jaid Brennan
Jaid Brennan Mohon Tunggu... Penulis Freelance -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pelangi Pucat Pasi (12) Putus Asa

12 Januari 2017   15:17 Diperbarui: 12 Januari 2017   15:23 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Selamat pagiPak. Saya Bapak angkatnya Syan”.

“Ooh, PakSusastio, ya”. Ucap Pak Bernardus Edi dengan suka cita. Sepertinya semua orangsudah mengenal Bapak angkatku. 

“Bagaimanabelajarnya Syan di sekolah ini?”

“Bagus, Pak,sesungguhnya Syan adalah anak yang pinter. Tapi sepertinya dia tertekan. Dankurang bisa konsentrasi belajar. Apakah di rumah, Syan cukup istirahat Pak?”

“Iya, semuakebutuhan Syan tentu tercukupi. Tapi saya tidak tahu Syan tidur jam berapa tiapmalamnya. Bukan begitu, Syan?”, tutur Bapak angkatku lembut, tidak seperti saatia hanya bersama aku, seraya merangkul pundakku sok akrab. Sementara PakBernardus Edi memandangiku seperti hendak menelanjangiku.

“Jadi apasebenarnya yang terjadi Pak?” tanya Pak Bernardus Edi pada Bapak angkatku.

“Maksud Bapak?”

“Sejak masuk kesekolah ini saya tahu sesungguhnya Syan ini adalah anak yang sangat pintar,tapi ada sesuatu yang sepertinya Syan alami, sesuatu yang membuat Syan rendahdiri, bersikap seenaknya, ngantuk di kelas, memiliki anak buah, dan macam-macam. Bahkan tak jarang Syan terlihat suka menyendiri seperti tertekan.Sebenarnya apa yang terjadi dengan Syan, Pak?” Sesaat Pak Susastio terdiam,sebelum menjawab pertanyaan Pak Bernardus Edi.

“Saya rasa dirumah tidak ada masalah apa-apa kok, Pak. Mungkin berkaitan dengan masa lalu Syan sebelum aku mengangakatnya,” jawab Bapak  angkatku berbohong. Dilirikannyamatanya padaku. Seolah-olah ia ingin mengatakan awas nanti kau di rumah.Kembali Pak Bernardus menatapku. Memastikan apakah ceritaku tempo hari bohongatau tidak.

“Bagaimana Syan,apakah benar apa yang dikatakan Bapak?”, korek Pak Bernardus Edi. Pak Susastiokembali melirikku. Diinjakkannya kakinya padaku. Dan aku mengerti kalau aku

harus membenarkan ucapannnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun