Â
Jika kita menyebut nama kosan, maka secara serta-merta pikiran kita akan tertuju pada mahasiswa, kenapa tidak? Hampir seluruh penghuni kos-kosan adalah kalangan mahasiswa. Dan kabanyakan mahasiswa itu akan menempati kamar sendiri dalam kosnya, meski terkadang ada yang saling berbagi kamar kosan. Mempunyai ruang kamar tersendiri lantas tidak bearti semua permasalahan mahasiswa akan beres. Terkadang jauh dari pantauan orang tua menimbul dilema tersendiri bagi mahasiswa.
Beberapa permasalahan yang dialami mahasiswa dalam lingkup kosnya, dapat berbentuk berbagai hal. Bisa saja itu berbentuk masalah relasi, baik relasi mahasiswa terhadap pemilik kos, maupun relasi mahasiswa sesama penghuni kos dan warga sekitar.
Namun kali ini saya tidak ingin berbica masalah relasi mahasiswa terhadap lingkup kosnya. Namun saya ingin lebih mempokokan mengenai permasalahan mahasiswa terhadap kamar kosnya. Sehingga saya akan memandang relasi antara mahasiswa dengan kasurnya, bagaimana?, ataupun relasinya terhadap handuk dan pakaian mahasiswa itu tersendiri. Bukan hanya untuk mahasiswa, tetapi manusia manapun akan sangat erat hubunganya dengan inventaris.
Mahasiswa memang terkadang disibuki dengan berbagai kegiatan, seperti perkuliahan dan tugas. Selain itu juga banyak mahasiswa yang disibukan pada kegiatan organisasi-organisasi yang menjamur di kalangan mahasiswa. Sehingga kesibukan terhadap kegiatan-kegiatan tersebutlah yang menjadi salah satu alasan mahasiswa, untuk mengabaikan hubunganya terhadap ruangan tempat tinggalnya sendiri, yang disebut kosan.
Sehingga bukan rahasia lagi, ketika mahasiswa mulai memasuki ruangan kamarnya, maka mulailah ia berhadapan dengan perabotan-perabotan yang menyapanya dengan tidak ramah. Pakaian kotor tergeletak di balik pintu, celana dalam tehampar di atas lemari, ataupun sekedar selimut yang terkapar seruangan kamar.
Mahasiswa sebaiknya menyadar betul, bahwa kebiasaan yang melekat pada mayoritas kalangan mereka bukanlah sesuatu yang diturun-turunkan secara tradisi. Yang menjadi soal adalah bagaimana mahasiswa itu sendiri menyikapi bagaimana tindakanya yang tepat dalam menata ruangan sendiri. Misalnya, mahasiswa dapat membuat kotak, khusus pakaian kotor. Karena pakaian kotor menjadi salah satu hal yang sangat bermasalah dan sering kali membuat kamar terkesan seperti kapal pecah.
Pakaian yang sudah bersih, juga tidak bisa dianggap gampang. Ada kalanya, pakaian tersebut juga membuat kamar berantakan. Sebagai contoh, jika selesai menjemur pakaian sedangkan mahasiswa sibuk ataupun malas untuk melipatnya, bukan hal yang teramat mustahil pakaian bersih tersebut akhirnya kembali berbaur dengan pakaian yang telah kotor. Jika mahasiswa merasa malas untuk melipat pakaian, sehingga terkesan membuang waktu ataupun dengan segudang alasan lainya. Maka, mahasiswa dapat mengatasinya dengan membuat gantungan-gantungan pakaian di langit-langit kamar, ataupun membeli lemari yang memiliki ruangan khusus untuk menggantung pakaian.
Masalah sampah juga tidak dapat terlepas dari perhatian, seperti pakaian kotor yang seharusnya mempunyai tempat tersendiri. Sampah juga sangat memerlukan tempat khusus. Bagaimana tidak? Terkadang anak kosan membawa makananya ke kamar. Setelah selesai dengan segala makan dan minumnya, pasti menyisakan sampahkan? Di situlah, letak keharusan, mengapa tempat sampah itu perlu. Bayangkan saja jika bungkusan nasi dibuang sembarangan di sela lemari, ataupun dibuang di depan kamar. Selain menimbulkan masalah bagi diri sendiri, irtu juga pasti menimbulkan masalah bagi teman sesama kosan di kamar sebelahnya. Duh, bisa tawuran tu jadinya!
Dari permasalahan itu, berantakan tidaklah serta merta dapat diartikan sebagai bagian dari tradisi mahasiswa. Karena itu berangkatdari kebiasaan mahasiswa itu sendiri. Karena kamar yang berantakan itu juga bukan menjadi permasalahan mahasiswa sepihak. Permasalahan kamar berantakan bahkan bisa merambat pada masyarakat umum, seperti pekerja kantoran, siswa, atupun dalam rumah tangga sekalipun. Hanya saja kebiasaan itu yang harus dapat dibuang agar terkesan lebih indah dan nyaman. Jika kamar yang rapi, toh. Penghuninya sendiri yang akan merasa nyaman, iya kan?
 Â
 Â
 Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H