Jadi ini cerita pertama saya hidup jauh dari saudara. Sebelumnya saya sudah  sering keluar kota sendiri, hanya saja, disetiap kota yang saya tuju pasti ada setidaknya 1 atau 2 Om atau Tante saya disana. Kali ini saya  beranikan diri untuk pergi ke tempat yang tidak ada satupun sanak saudara.
Yogyakarta, ya kesanalah akhirnya saya putuskan untuk melangkah. Tidak mudah memang untuk bergaul dengan orang-orang disana pada awalnya, karena mereka kebiasaan berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa. Saya yang dari timur begitu kebingungan menerjemahkan setiap kata yang mereka ucapkan, hingga akhirnya saya mempersempit pergaulan dengan hanya bergaul dengan orang timur saja. Alhasil kemampuan bahasa Jawa tidak berkembang sama sekali.Â
Hingga pada suatu hari, pemilik kos tempat saya tinggal menawarkan makan siang.
"Mbk Lusi, ikut saya sebentar,"Â begitu kata Eyang, sang pemilik kos.
Alhamdulilah saya dibawa ke dapur dan disuruh untuk makan sepuasnya, wah, rejeki nompok nih, pikir saya begitu.
Hanya saja saya sedikit bingung dengan ART dari Eyang, yang kemudian menyodorkan sayuran sambil berkata,
"Jangannya dimakan Mbk Lusi,"Â
Lah, saya khan jadi dilema, antara mau diambil atau tidak. Disodorkan tapi bilang jangan, gimana sich. Sudahlah, akhirnya sayur itu tidak saya ambil, padahal hati ini ingin sekali.Â
Setelah semua sudah masuk ke piring, saya bergegas kembali ke kamar. Dari belakang saya  mendengar suara ART Eyang bertanya,Â
"Lho, sayurnya ngk di ambil Mbk Lusi?"
Aduh bener-bener ya, ini bikin bingung banget,Â