Mohon tunggu...
Lusia Imelda Jahaubun
Lusia Imelda Jahaubun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Gadis desa dengan mimpi bisa mengelilingi dunia

Karena beberapa perasaan sulit untuk diungkapkan, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apa Bahasa Jawanya?

15 Mei 2021   21:29 Diperbarui: 15 Mei 2021   21:29 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jadi ini cerita pertama saya hidup jauh dari saudara. Sebelumnya saya sudah  sering keluar kota sendiri, hanya saja, disetiap kota yang saya tuju pasti ada setidaknya 1 atau 2 Om atau Tante saya disana. Kali ini saya  beranikan diri untuk pergi ke tempat yang tidak ada satupun sanak saudara.

Yogyakarta, ya kesanalah akhirnya saya putuskan untuk melangkah. Tidak mudah memang untuk bergaul dengan orang-orang disana pada awalnya, karena mereka kebiasaan berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa. Saya yang dari timur begitu kebingungan menerjemahkan setiap kata yang mereka ucapkan, hingga akhirnya saya mempersempit pergaulan dengan hanya bergaul dengan orang timur saja. Alhasil kemampuan bahasa Jawa tidak berkembang sama sekali. 

Hingga pada suatu hari, pemilik kos tempat saya tinggal menawarkan makan siang.

"Mbk Lusi, ikut saya sebentar," begitu kata Eyang, sang pemilik kos.

Alhamdulilah saya dibawa ke dapur dan disuruh untuk makan sepuasnya, wah, rejeki nompok nih, pikir saya begitu.

Hanya saja saya sedikit bingung dengan ART dari Eyang, yang kemudian menyodorkan sayuran sambil berkata,

"Jangannya dimakan Mbk Lusi," 

Lah, saya khan jadi dilema, antara mau diambil atau tidak. Disodorkan tapi bilang jangan, gimana sich. Sudahlah, akhirnya sayur itu tidak saya ambil, padahal hati ini ingin sekali. 

Setelah semua sudah masuk ke piring, saya bergegas kembali ke kamar. Dari belakang saya  mendengar suara ART Eyang bertanya, 

"Lho, sayurnya ngk di ambil Mbk Lusi?"

Aduh bener-bener ya, ini bikin bingung banget, 

"Tadi katanya jangan dimakan Mbk, jadinya saya ngk ambil," Balasan saya agak ketus waktu itu, saya akui.

Tiba-tiba ART Eyang tertawa dengan sangat kencang, saya yang semakin bingung bertanya, 

"Kenapa Mbk?"

"Jangan itu bahasa Jawa Mbk, artinya Sayur"

Astaga, berarti tadi saya ditawarin sayur, bukan disuruh tidak boleh makan sayur?,.

Nah itulah cerita saya tentang gap bahasa yang sedikit memalukan. 

Apa pelajaran yang bisa diambil dari sini? Belajarlah membaur ditempat dimana kakimu berpijak. Sekalipun kita berdomisili di Amerika, tapi kalau kita kumpulnya dengan orang-orang yang senegara atau sesuku saja, maka kita, percayalah, nggk akan bisa  bertahan lama disana.

Kalian belajar sesuatu setelah membaca ini? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun