Papa : "Berapa lama disana nanti?"
Saya : "Saya tidak berniat untuk kembali, Pa."
Papa saya sontak syok mendengar pernyataan saya kemudian melanjutkan pertanyaannya, "Koq bisa?". Dengan entengnya saya menjawab, "Bisa dong, Pa"  Papa hanya terdiam dan sedikit berpetuah. Â
Tibalah saya dikota Jogja, dengan berbekal kemampuan berbahasa Inggris, saya lantas mencoba untuk melamar pekerjaan dibeberapa tempat. Tidak sulit untuk mendapat pekerjaan selama saya di Jogja, yang sulit adalah bertahan dipekerjaan  dalam durasi waktu yang lama. Sudah 8 kali saya bekerja di tempat yang berbeda dengan durasi waktu kurang dari 2 bulan. Apa yang salah? Tidak ada, saya hanya belum terbiasa dengan iklim Jogja, saya juga belum terbiasa dengan bekerja dibidang lain selain pendidikan.
Sampai akhirnya saya betah dan bertahan bekerja sebagai seorang receptionist di hotel bintang 2 yang letaknya hanya bersebelahan dengan kos-kos-san yang saya tempati. Bertemu dengan orang baru, mulai membuka diri untuk dunia luar dan akhirnya saya mendapat banyak link dengan orang-orang dari luar negeri. Disuatu kesempatan, saya diajak oleh rekan luar negeri saya untuk berlibur ke Bali. Sayapun tidak menolak tawaran liburan gratis yang berikan. Setelah meminta ijin dari manager hotel, sayapun bergegas ke Bali.Â
Setibanya di Bali, saya dan teman bule saya langsung menyusun rencana untuk melakukan tour kelling Bali dalam 1 minggu dengan scooter. Kenapa hanya 1 minggu? Karena ijin yang saya dapat hanya selama itu.Â
Saya merasa beruntung ketika tiba di Sanur, ceritanya saat itu kita sedang duduk makan bersama, tepat disamping meja kami, ada sepasang pasangan lokal yang wanitanya berkebangsaan Australia. Sempat kita berbincang hingga pada akhir perbincangan, dia berkata "I am jealous with your skin and hair." saya berpikir kenapa? bukankah kulit dan rambutnya jauh lebih bagus dari saya? kemudian wanita Australia itu melanjutkan, "I tried to make my skin tan by doing sunbathing, but my skin burn, so pity."Â Dari situ saya langsung berbesar kepala dengan warna kulit gelap yang saya miliki. Setidaknya saya punya tameng jika diejek lagi sama sanak saudara saya.
Sekembalinya ke Jogja, saya bertemu dengan seorang wanita Turki yang merupakan tamu hotel yang juga pencinta kopi. Jika selama ini saya mengkonsumsi kopi jenis latte, wanita berdarah Turki ini mengajarkan saya untuk mencoba kopi hitam yang pahit. Saya sempat berpikir, hmm, mungkin saya tidak terlalu tertarik, tapi setelah mendengar perkataanya, saya kemudian berpikir ada benarnya juga perkataannya. "If its sweet, it is not coffee."
Waktu luang sebelum kerja, saya gunakan untuk mencari tau kenapa harus kopi pahit. Karena teman bule Bali saya juga mengkonsumsi kopi hitam tanpa gula. Menurutnya jika kopi ditambahkan gula, makan tingkat keasamannya tidak terasa. Ohoo, ini sesuatu yang baru lagi bagi saya. Setelah mencari tau tentang kopi melalui Om Google, saya pun mencoba membuktikan perkataan teman saya mengenai kadar keasaman kopi. Dan benar adanya. Saya bisa dengan sangat mudah merasakan kopi mana yang tingkat keasamannya tinggi, mana yang aman-aman saja.
Jogja mempertemukan saya dengan banyak sekali pecinta kopi. Sempat teman saya berkelakar, "Nay, saya tau kenapa kamu kulitnya gelap. Ya karna kamu sukanya kopi, coba kalau kamu sukanya susu, pasti putih kulitmu." dan saat itu juga saya ditertawakan oleh teman-teman lainnya. Wah itu pelanggaran besar, langsung saya keluarkan tameng yang saya dapat di Bali, "Justru cewe Ausie Jealous lho dengan warna kulitku.'' Sambil menjulurkan lidah kearahnya.
Dari sekian banyak artikel yang sudah saya baca tentang kopi, ternyata banyak juga manfaatnya bagi kesehatan asal tidak dikonsumsi secara berlebihan dan masalah warna kulit yang gelap ini, ya disyukuri saja, Toh orang luar negeri juga mau punya warna kulit coklat.